Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran RSUP Dr. M. Djamil rutin mengadakan penyuluhan kesehatan. Hari ini (14/4), instalasi tersebut bersama Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil mengadakan Penyuluhan Kesehatan dan Diskusi Interaktif tentang Penyakit Parkinson di Poliklinik Neurologi. Kegiatan tersebut dalam rangka World Parkinsons Disease Day 2025 yang jatuh pada 11 April.
Guru Besar Neurologi Prof. Dr. Yuliarni Syafitra, Sp.N (K) menjelaskan penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif pada sistem saraf, terutama bagian dari otak yang berfungsi mengatur gerakan dan koordinasi tubuh. Dalam penyakit ini, terjadi kehilangan fungsi atau struktur sel saraf secara progresif pada area otak yang disebut substansia nigra.
“Penyakit Parkinson terutama ditandai dengan turunnya produksi dopamin. Yakni neurotransmiter atau zat kimia yang berperan dalam pengiriman pesan pada saraf untuk mengatur gerakan halus dan koordinasi otot,” ucapnya.
Turut dihadiri pasien dan keluarga pasien. Tak hanya pemaparan materi, juga diisi dengan diskusi interaktif.
Ia mengatakan beberapa gejala yang mungkin dialami pasien penyakit Parkinson. Yaitu pertama, bradikinesia yakni menurunnya amplitudo dan melambatnya kecepatan gerakan motorik. “Pada pasien yang mengalami bradikinesia akan terjadi gerakan melambat, kecepatan tidak pas, kurang lincah, dan terlihat tidak kaku. Tampak kesulitan atau “berat” saat memulai gerakan, wajah tidak terlihat tidak ekspresif atau “muka topeng”, saat menulis maka lama-lama tulisan mengecil,” sebutnya.
Kemudian, suara lirih dan pelan, terdengar monoton irama bicaranya, kalau berjalan lengan kurang diayun, terlihat seperti robot. Langkah kaki kecil-kecil dan seperti diseret, dan bentuk gangguan lain yang menunjukkan perlambatan dan menurun amplitudo gerakan. “Seluruh pasien penyakit Parkinson akan mengalami gejala bradikinesia ini. Tetapi pasien Parkinson tidak lumpuh,” tegasnya.
Kedua, rigiditas yakni kekakuan lingkup sendi. Pada pasien yang mengalami rigiditas mengalami postur tubuh menjadi membungkuk dan semua persendian penegak badan menjadi relatif menekuk disebut stopped posture. Gerakan persendian terasa kaku. “Lingkup pergerakan sendi berkurang, dan kalau masih sangat ringan maka manifestasinya bisa dalam bentuk nyeri sendi (misal nyeri sendi bahu, nyeri tekuk dan lainnya),” sebutnya.
Ketiga, tremor yakni getar pada anggota gerak saat istirahat. Yang terjadi pasien mengalami tremor yakni pada tahap sangat ringan, maka pasien bisa merasa getar pada tangan, atau lengan bawah; meskipun manifestasi tremor atau getar ini belum terlihat. “Getar saat beristirahat atau tabgan disangga, bisa juga mengenai kaki, kepala dan rahang. Gejala ini paling mudah terlihat orang lain,” tuturnya seraya menekankan tetapi beberapa penyakit lainnya juga muncul dalam bentuk gejala getar anggota gerak dan jari-jari. Dokter neurologi dapat membedakan penyebab dari bentuk gejala getar tersebut.
Dan keempat, ketidakstabilan postural yakni postur yang tidak seimbang sehingga gampang jatuh. Yang terjadi yakni pasien mengalami keseimbangan berkurang, tidak mampu mempertahankan posisi tegak saat didorong atau ditarik bahunya oleh orang lain secara tiba-tiba dan mudah terjatuh atau hampir terjatuh. “Gejala ini biasanya dialami pada kondisi yang lebih lanjut dan jarang muncul pada tiga tahun pertama perjalanan penyakit,” ungkapnya.
Prof. Yuliarni Syafitra menekankan masyarakat penting untuk mengenali penyakit Parkinson ini. Supaya bisa segera dikonsultasikan ke dokter neurologi untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. “Gejala Parkinson bisa membaik dengan obat-obat anti-Parkinson sehingga pasien bisa melakukan aktivitas pergerakan dengan baik lagi dan masih tetap dapat bekerja dengan semangat,” paparnya.
Ia menggaris bawahi penyakit Parkinson bukan penyakit keturunan. Kecuali bila muncul sebelum berusia 40 tahun maka ada faktor genetik. “Tetapi saat ini di Indonesia belum ditemukan jenis gen yang berperan,” ucapnya.
Penyakit Parkinson, tutur Prof. Yuliarni Syafitra, tidak mengancam jiwa tetapi bila gejala penyakit ini tidak diobati dengan baik maka banyak gerakan yang mudah sekalipun, tidak dapar dilakukan dengan sempurna. Sehingga kualitas hidup dapat sangat menurun. “Dan penyakit Parkinson ini tidak menular,” tegasnya.
Ia menyebutkan pencegahan penyakit Parkinson perlu dilakukan sejak dini. Yakni olahraga secara teratur. Rutin berolahraga juga dapat mencegah degenerasi otak dan motorik. Terus bergerak aktif merupakan kunci pencegahan Parkinson sejak dini. “Dan kurangi dari paparan bahan kimia berbahaya serta lingkungan yang sehat dan bersih,” tukas Prof. Yuliarni Syafitra. (*)