Dirut RSUP Dr M Djamil: Tingkatkan Kompetensi Dokter Spesialis Jantung

Penyakit jantung adalah salah satu penyakit katastropik yang paling tinggi ditemukan di Indonesia. Salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, yang menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu, pembaruan ilmu dalam bidang ini penting agar bisa terus memberikan pelayanan terbaik dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

“Kita berharap dengan workshop ini bisa menambah kompetensi para dokter spesialis jantung dalam tata laksana. Bagaimana pasien-pasien yang berisiko penyakit jantung agar bisa didiagnostik dengan baik. Dan tentunya dapat ditatalaksana dengan optimal,” kata Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua saat memberikan sambutan pada Workshop Echocardiography In Valvular Heart Disease 10th Padang Symcard 2024 dan 4th InTension Summit di Auditorium Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Jumat (11/10).

Turut dihadiri Plh Direktur SDM, Pendidikan, dan Penelitian dr Kino SpJP, dan pemateri workshop yakni dr Ario Soeryo Kuncoro SpJP (K), dr Mefri Yanni SpJP (K), dan dr Nani SpJP (K).

Ia mengatakan RSUP Dr M Djamil sebagai UPT Kementerian Kesehatan memiliki salah satu layanan unggulan yakni pelayanan jantung. “Dan InshaAllah kami minta dukungan Kolegium Jantung dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia dan layanan. Sehingga nantinya layanan jantung di regional Sumatera khususnya RSUP Dr M Djamil bisa melayani pasien-pasien yang selama ini menjalani perawatan di negara tetangga atau ke Jakarta,” ungkapnya.

Ia berharap ke depan terus dilakukan pengembangan-pengembangan lebih baik pada layanan jantung. Pasalnya penyakit jantung salah satu kasus paling banyak ditemukan di Indonesia.

“Apalagi di Sumatera Barat. Mungkin di RS Harapan Kita, orang Padang yang banyak berobat di bagian jantung. Tapi minimal kita memberikan pendidikan masyarakat risiko-risiko yang dihadapi. Apakah itu dari pola gaya hidup atau pola makan. Dan ini perlu disampaikan ke masyarakat. Sehingga kita benar-benar menjadi suatu pelayanan yang komprehensif di RSUP Dr M Djamil ini. Termasuk dalam tatalaksana jantung,” tutur dokter spesialis Fetomaternal ini.

Dovy juga mengatakan ada berbagai workshop yang dilaksanakan kali ini dan  berkesempatan belajar langsung dari para ahli baik nasional maupun internasional.

“Mari kita gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, berdiskusi, bertukar pengalaman, dan memperkuat kolaborasi antar-profesi. Dan memberi manfaat besar bagi kita semua, baik sebagai tenaga medis maupun untuk masyarakat yang nantinya kita layani,” tukas Dovy. (*)

Wirid Mingguan RSUP Dr M Djamil, Merutinkan Salat Sunah Rawatib

Direksi dan civitas hospitalia RSUP Dr M Djamil mengikuti wirid mingguan di Masjid Asy Syifa, Jumat (11/10). Bertindak sebagai ustad yakni Zul Akmal Lc MA yang mengupas Salat Sunah Rawatib.

“Selain ibadah wajib salat 5 waktu, adapun ibadah-ibadah sunah lainnya yang dapat dikerjakan oleh umat Islam salah satunya adalah salat sunah rawatib. Salat sunah ini menjadi salah satu amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW,” kata Ustad Zul Akmal Lc MA saat menyampaikan tausiah.

Turut hadir Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua, Direktur Medik dan Keperawatan Dr dr Bestari Jaka Budiman SpTHT KL (K) dan Direktur Perencanaan dan Keuangan Luhur Joko Prasetyo.

Ia mengatakan salat sunah rawatib adalah salat sunah yang dikerjakan sebelum dan sesudah salat fardhu atau juga dikenal dengan salat lima waktu. “Salat sunah rawatib memiliki dua sebutan yang berbeda tergantung dengan waktu dilaksanakannya,” ucapnya.

Salat sunah rawatib, tutur Zul Akmal, dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan anjuran ditegakkannya. Yakni salat sunah rawatib muakkad serta salat sunah rawatib ghoiru muakkad.

“Salat sunah rawatib muakkad yang bersifat dianjurkan untuk dikerjakan. Rasulullah SAW sangat menganjurkan bagi umatnya untuk mendirikan 10 rakaat salat sunah rawatib muakkad sebisa mungkin apapun kondisinya,” tegasnya.

10 rakaat salat sunah rawatib muakkad di lima waktu tersebut yakni dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat setelah zuhur. “Kemudian dua rakaat setelah magrib dan dua rakaat setelah isya,” tuturnya.

Salat sunah rawatib ghoiru muakkad yang pelaksanaannya kurang ditekankan. Namun, bukan berarti bisa melewatkan salat sunah ini.

“Salat rawatib ini memiliki jumlah ena rakaat yang bisa dilaksanakan. Yakni dua atau empat rakaat sebelum salat ashar (dengan satu kali salam setiap melaksanakan dua rakaat),

dua rakaat sebelum salat maghrib, dan dua rakaat sebelum salat isya,” papar Zul Akmal.

Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua mengharapkan civitas hospitalia dapat mengamalkan isi dari tausiah dalam kehidupan sehari-hari. Karena yakinlah, hidup yang dijalani dengan panduan agama maka hidup terasa nyaman.

“Dunia ini sudah semakin tua. Kita tidak tahu kapan akan dipanggil oleh Allah Swt. Karena itu, selain bekerja dengan baik sesuai aturan, maka jangan lupakan ibadah kepada Allah Swt,” ajaknya.(*)

Dipimpin Menkes RI, Direksi M Djamil Hadiri Townhall Budaya Kerja Kemenkes

Direksi RSUP M Djamil turut menghadiri Townhall Budaya Kerja Kementerian Kesehatan RI di Ciputra Artpreneur Theater, Ciputra World, Jakarta, Rabu (9/10). Kegiatan ini sebagai bentuk komitmen jajaran Kementerian Kesehatan dalam Gerakan Perubahan Budaya Kerja dalam rangka akselerasi pencapaian transformasi kesehatan dan reformasi birokrasi.

Townhall tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dengan moderator Najwa Shihab. Direksi RSUP Dr M Djamil turut hadir yakni Direktur Utama Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua,  Direktur Medik dan Keperawatan Dr dr Bestari Jaka Budiman SpTHT KL (K), dan Direktur Layanan Operasional drg Ade Palupi Muchtar MARS.

“Ini sebagai ajang monitoring dan evaluasi terhadap transformasi kesehatan. Salah satunya transformasi organisasi dan budaya kerja sebagai pilar ketujuh transformasi kesehatan sebagai transformasi internal kemenkes untuk mendukung enam pilar transformasi kesehatan,” kata Direktur Utama Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua yang turut menghadiri kegiatan tersebut.

Ia mengatakan Menkes mendorong agar  mengimplementasi budaya kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Sehingga budaya kerja itu penuh inovasi dan kolaborasi.

“Core value budaya kerja itu adalah BerAKHLAK (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif). Dengan BerAKHLAK itu akan memberikan pelayanan memuaskan kepada masyarakat,” ucap dokter spesialis Fetomaternal ini.

Ia menekankan budaya kerja BerAKHLAK ini sudah diterapkan di lingkungan RSUP Dr M Djamil. “Tinggal mengevaluasi terhadap apa yang sudah diterapkan dan akan menimbulkan kepuasan baik dari eksternal maupun internal. Sehingga rumah sakit ini menjadi unit yang bisa mengimplementasikan budaya kerja BerAKHLAK ini dengan output layanan yang semakin baik,” tutur Dovy.

Sebelumnya Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan perubahan transformasi yang paling penting adalah orangnya. Apa yang diubah pada orang yakni budayanya. About character, about values, about idealism.

“Susah bikinnya. Budaya itu bukan sesuatu yang ditulis di poster. Budaya itu harus ada dihati. Budaya itu bukan dihafal tetapi sesuatu yang harus dilakukan. Jadi budaya itu bukan sesuatu yang diajarkan oleh influencer-influencer dan dosen-dosen serta profesor. Budaya ini harus dicontohkan dan diteladankan oleh pemimpin,” ungkap Budi.

Ia menekankan Kemenkes memiliki budaya kerja baru berbasis core value BerAKHLAK dengan 3  tema budaya. “Yakni eksekusi ekskutif, cara kerja baru dan pelayanan unggul,” tukas Menkes.(*)

Hari Kesehatan Jiwa di M Djamil: Prioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Kesehatan mental merupakan hal yang penting dalam kehidupan, terutama di lingkungan kerja. Kesehatan mental yang baik akan meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan kualitas hidup secara keseluruhan. “Sebaliknya, kesehatan mental yang buruk dapat menurunkan kinerja, meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja, dan mengganggu hubungan interpersonal di tempat kerja,” kata Plh Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian dr Kino SpJP (K) saat Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Taman Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Kamis (10/10).

Tahun ini tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia adalah Waktunya Memprioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja. Pada kesempatan itu dilakukan prosesi pemotongan tumpeng, Sosialisasi Kesehatan Mental oleh dr Taufik Ashal SpKJ dan tanya jawab bertabur doorprize.

Ia menekankan melalui momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, marilah  bersama-sama meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di tempat kerja. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, baik secara fisik maupun mental.

“Memberikan dukungan kepada rekan kerja yang mengalami masalah kesehatan mental. Dan mendorong setiap individu untuk menerapkan pola hidup sehat, baik dalam hal fisik, mental, maupun sosial,” harap dr Kino.

Ia berharap dengan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dapat menjadi momentum untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental. “Baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun orang-orang di sekitar kita,” ucapnya.

Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) Jiwa RSUP Dr M Djamil/Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Unand Dr dr Amel Yanis SpKJ (K) mengatakan beranjak dari pengalaman Covid-19 beberapa tahun lalu, para pekerja mengalami stres dan terbebani. Dan memang kelihatan pada waktu itu dampaknya sehingga menjadi workout.

“Setelah itu kita perhatikan bahwa kesehatan mental di tempat kerja itu mesti diperhatikan. Jika tidak diperhatikan akan berdampak dalam berbagai hal kehidupan,” ucapnya.

Ia menekankan kerja sama antara pimpinan, sesama teman untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman itu diperlukan. “Makanya kita sehat mental. Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Sehingga kita bekerja dengan optimal,” ungkap Dr dr Amel.

Ia mengharapkan dengan peringatan Hari Kesehatan Jiwa ini, baik pegawai dan pimpinan RSUP Dr M Djamil saling bersinergi sehingga tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman. “Kita bekerja dengan asyik dan performa kita bagus. Sehingga kita dapat memberikan layanan yang paripurna,” tukasnya. (*)

Dirut RSUP Dr M Djamil: Tugas Berat Koordinator Program Studi Obgin Menanti

Dr dr Defrin SpOG Subsp KFM terpilih sebagai Koordinator Program Studi Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr M Djamil. Dalam pemilihan itu, ia berhasil meraup 8 dari 15 suara.

Sementara tiga kandidat lainnya Dr dr Syamel Muhammad SpOG Subsp Onk 6 suara, Dr dr Aladin SpOG Subsp Obginsos MPH FISQua 1 suara, dan Prof Dr dr Yusrawati SpOG Subsp KFM MMRS 0 suara.

“Atas nama direksi dan civitas hospitalia RSUP Dr M Djamil, kami mengucapkan selamat atas terpilihnya Dr dr Defrin SpOG Subsp KFM terpilih sebagai Koordinator Program Studi Obstetri dan Ginekologi. Jabatan ini sebuah amanah yang mesti dijalankan dan beban berat tentunya dengan tantangan yang ada saat ini,” kata Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua pada Pemilihan Koordinator Program Studi Obstetri dan Ginekologi di Ruang Konferen Obgin RSUP Dr M Djamil, Kamis (10/10).

Mengacu pada UU No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, salah satunya konsep rumah sakit pendidikan memberikan suatu transformasi ke arah yang lebih baik dan ke arah yang lebih sempurna. “Ini berkaitan dengan menghasilkan sumber daya manusia-sumber daya manusia kesehatan,” ucap staf pengajar program studi spesialis obstetri dan ginekologi ini.

Dovy mengatakan dua dari 10 rumah sakit pendidikan di Indonesia mengalami masalah berkaitan dengan perundungan atu bullying dan pungutan liar. “Kejadian di dua rumah sakit pendidikan itu menjadi kesedihan bagi kita. Kami berharap kasus di dua rumah sakit pendidikan itu, jangan sampai terjadi kasus tersebut di RSUP Dr M Djamil,” tutur dokter spesialis Fetomaternal ini.

Ia menekankan kondisi demikian membuat tugas koordinator program studi makin berat. “Koordinator program studi suatu tugas yang penting. Kita saat ini sudah  bicara pada menghasilkan layanan yang baik. Tentu dengan sinergi baik yang ditentukan koordinator program studi,” ucapnya.

Ia berharap apa yang baik dipertahankan. Ada yang kurang baik diperbaiki. Dan belum ada untuk ditambah. “Sehingga spesialis yang dihasilkan dari rumah sakit pendidikan RSUP Dr M Djamil menjadi suatu dibanggakan,” tutur Dovy.

Manajer SDM TI dan Kerja Sama mewakili Dekan Fakultas Kedokteran Unand Dr dr Siti Nurhajjah MSi Med mengatakan kandidat yang maju dalam pemilihan ini merupakan

sosok yang dapat mengayomi dan dapat memberikan yang terbaik pada program studi obstetri dan ginekologi. “Dan kami berharap siapapun yang terpilih sama-sama  mensupport demi kemajuan program studi ini,” harapnya.

Sementara Koordinator Program Studi Obstetri dan Ginekologi terpilih Dr dr Defrin SpOG Subsp KFM berharap dukungan bersama dalam memajukan program studi ini. “Kami juga akan meminta masukan dari seluruh staf dan direksi RSUP Dr M Djamil. Apa yang kurang diperbaiki. Apa yang belum ada kita tambah. Ini semua untuk perbaikan program studi. Sehingga program studi obstetri dan ginekologi semakin maju dan semakin baik ke depannya,” harapnya.(*)

RSUP Dr M Djamil Terima Kunjungan Tim Visitasi Perpanjangan Izin UTDRS

RSUP Dr M Djamil menerima kunjungan tim visitasi perpanjangan perizinan Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS). Tujuan visitasi ini untuk mengecek langsung kelengkapan administrasi dan kunjungan lapangan tentang ketersediaan fasilitas pelayanan serta sumber daya manusia sebagai persyaratan dalam penerbitan rekomendasi perpanjangan izin operasional UTDRS.

Kedatangan tim visitasi ini diterima oleh Direktur Layanan Operasional drg Ade Palupi Muchtar MARS di Ruang Rapat Direksi, Selasa (8/10). Turut mendampingi manajer, asisten manajer, kepala laboratorium sentral dan kepala UTDRS.

Sementara tim visitasi yakni Kasi Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Sumbar drg Das Endresva Dewi MSi dan Penelaah Kebijakan Teknis Dinas Kesehatan Sumbar Ratna Sari SST. Aswandi (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (PMPTSP) Sumbar), Lili Wahyuni SKM dan Silvy Windari SKM (Dinas Kesehatan Kota Padang), Fitria (BBPOM Padang), dan dr Maya Anggun Suri MBiomed (Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia cabang Sumbar).

“RSUP Dr M Djamil sebagai rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan mengampu kesehatan masyarakat di Sumatera Bagian Tengah. Tentunya dengan kehadiran tim visitasi ini diharapkan agar perizinan UTDRS RSUP Dr M Djamil dengan status utama,” kata Direktur Layanan Operasional drg Ade Palupi Muchtar MARS saat memberikan sambutan.

Ia menekankan dengan mengampu Sumatera Bagian Tengah, seyogyanya izin UTDRS RSUP Dr M Djamil memiliki status utama. “Kami pun  telah mempersiapkan segala sesuatunya. Baik dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) serta bangunan,” tuturnya.

Ia berharap tim visitasi baik dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (PMPTSP) Sumbar, Dinas Kesehatan Sumbar dan Kota Padang, Balai Besar POM Padang serta Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia cabang Sumbar bisa menilai dengan bijak. Apapun penilaian dari tim visitasi ini akan menjadi bahan perbaikan ke depannya. “Kami optimistis izin UTDRS RSUP Dr M Djamil dengan status utama,” tegas drg Ade.

Ia juga mengatakan UTDRS RSUP Dr M Djamil sendiri sudah memiliki program yang terencana yaitu salah satunya kegiatan rutin donor darah. Dimana memanfaatkan optimalisasi dari kegiatan tim UTDRS.

Selain itu berkoordinasi dengan PMI untuk pemenuhan kebutuhan darah 6.000-7.000 kantong darah yang tidak mungkin dipenuhi sendiri oleh RSUP Dr M Djamil. “Dengan kolaborasi yang baik, kecukupan atau kebutuhan dari darah yang dimaksud dapat terpenuhi dengan maksimal,” tuturnya.

Sementara Kepala UTDRS Dr dr Zelly Dia Rofinda SpPK Subsp B D K T (K) Subsp H K (K) mengatakan rumah sakit ini menjadi rumah sakit vertikal tipe A dengan bed occupancy rate 800 tempat tidur yang sebentar lagi dengan 1.353 tempat tidur. Dan rumah sakit ini merupakan rumah sakit tersier untuk Sumatera Bagian Tengah.

“Sehingga banyak sekali kasus emergensi yang banyak membutuhkan darah. Tentunya  darah yang cepat, aman dan berkualitas,” tegasnya.

Apalagi saat ini, sebut Dr dr Zelly, program pemerintah yakni kanker, jantung, stroke dan uronefrologi (KJSU) dimana layanan pada kanker semuanya butuh darah. “Makanya Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) RSUP Dr M Djamil hadir. Selain itu juga dengan efisiensi biaya, waktu dan tenaga,” ucapnya.

Kehadiran UTDRS ini, tuturnya, juga RSUP Dr M Djamil sebagai rumah sakit pendidikan harus memfasilitasi kompetensi peserta didik. “Baik itu profesi dokter, spesialis maupun subspesialis,” ujarnya.

Ia mengatakan perizinan UTDRS diterbitkan pada tahun 2018. Setelah lima tahun dan disesuaikan denban peraturan yang ada saat ini maka dilakukan perpanjangan izin. “Karena selain kami melakukan registrasi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) Kementerian Kesehatan. Ternyata kita harus mendapatkan sertifikat untuk izin operasional ini,” tekan Dr dr Zelly.

Ia memaparkan jika dilihat jumlah pelayanan pasien dalam tahun 2023 sebanyak 30.275 pasien dengan rata-rata 2.522 pasien yang butuh darah. “Kemudian dengan rata-rata total permintaan  komponen darah per kantong mencapai 6.000 kantong per bulan,” ungkapnya.

Jenis pelayanan UTDRS, sebutnya, berupa skrining IMLTD: CHLIA, pembuatan komponen yakni PRC, trombosit, dan FFP. Kemudian apheresis trombosit. “Dengan status utama UTDRS akan sejalan dengan rencana pengembangan pembangunan RSUP Dr M Djamil,” tukasnya.(*)

Juru Masak M Djamil: Tetap Memasak untuk Pasien Kala Bencana Melanda

Jarum jam masih di angka 09.30, Selasa (8/10), saat sejumlah perempuan dan laki-laki sibuk memasak di dapur. Ada yang merebus air, menanak nasi, meracik sayur, memasak makanan, hingga menyajikan makanan yang akan dibawa pramusaji.

Selain ketelitian, porsi yang mereka masak juga besar. Bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan makan ratusan orang sekaligus.

Ini bukan dapur sembarang dapur. Ini adalah dapur Instalasi Gizi RSUP Dr M Djamil yang setiap hari melayani kebutuhan makan pasien rawat inap di sana.

Salah seorang juru masak Afriani Warsi (40) sibuk mempersiapkan snack yang baru siap digoreng. Tangannya dengan penuh cekatan menyusun dan mengemas snack tersebut. “Snack ini untuk pasien rawat inap kelas 1 dan kelas 2,” kata Afriani Warsi.

Afriani bercerita sudah 18 tahun ia bekerja sebagai juru masak di Instalasi Gizi. Memasak makanan di rumah sakit memerlukan tingkat ketelitian dan detail yang berbeda. Jenis makanan untuk pasien cukup beragam. Terdiri dari makanan utama, diet, menu cair, menu lunak, serta extra fooding.

“Kami sebagai juru masak harus mampu mengolah beragam menu tersebut,” tutur alumni Universitas Negeri Padang ini.

Ia mengatakan juru masak juga mesti mampu mengolah makanan cair untuk pasien yang makan dengan sonde atau selang.

“Kami harus memasak sesuai diet mereka. Tentu saja, berkoordinasi dengan ahli gizi yang memberitahu cara mengolahnya mengikuti resep dan takaran sesuai petunjuk,” ungkap Warsi–akrab dipanggil.

Ia menekankan para juru masak harus mengolah makanan sehat dengan enak dan lezat. “Saya dan juru masak yang lain berusaha keras meracik makanan dengan enak. Serta menyajikan dengan bentuk menarik. Sehingga menggugah selera makan pasien,” tutur Warsi.

Berbagai tantangan pun telah dijalaninya sebagai juru masak. “Kala gempa 30 September 2009 mengguncang, gedung kami mengalami kerusakan. Kondisi ini kami tetap memasak untuk pasien di tenda pada teras bagian luar gedung,” tuturnya.

Begitu juga ketika bencana banjir. Ia tidak bisa masuk ke Instalansi Gizi karena banjir menghambat akses masuk ke rumah sakit. Ia tetap mencari jalan alternatif agar bisa masuk ke dapur Instalansi Gizi untuk memasak. “Kalo tidak memasak, bagaimana pasien memenuhi asupan gizinya,” ungkap Warsi.

Meski demikian, setiap tantangan itu dia hadang dan tetap menyajikan makanan enak untuk pasien rawat inap. “Ini semua dilakukan demi kesembuhan pasien,” tegasnya.

Meski tak begitu terlihat, peran dan kontribusi juru masak di Instalasi Gizi sangat besar bagi kesembuhan pasien.(*)

Perlunya Peran Keluarga dalam Menghadapi Demensia

Demensia adalah kumpulan gejala atau symptom dimana gejala itu tidak bisa satu saja. Terbanyak itu adalah gangguan memori. Lalu ada masalah dengan proses berpikir dan gangguan daya sosial atau tidak bisa bersosialisasi di masyarakat.

“Bila kita menemukan satu kasus dengan gangguan memori, itu tidak bisa dikatakan dengan demensia. Ketiga gejala tersebut mesti ada yakni gangguan memori, ada masalah dalam berpikir dan ada gangguan daya proses sosialisasi di masyarakat,” kata dokter spesialis neurologi Prof Dr dr Yuliarni Syafitra SpN (K) di Bangsal Syaraf RSUP Dr M Djamil.

Ia sendiri tidak bisa menyebutkan angka pasti angka kasus demensia di Sumbar khususnya Kota Padang. “Yang jelas angka dari praktik sehari-hari kasus demensia ini terus bertambah,” tuturnya.

Ia mengatakan pihaknya dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas telah sering melakukan penelitian turun ke lapangan dan skrining. Artinya melakukan beberapa pemeriksaan.

“Kasus-kasus yang kita curiga mulai ada gangguan walaupun belum fiks itu demensia kita rujuk ke rumah sakit lebih tinggi seperti RSUP Dr M Djamil,” ucapnya seraya menekankan yang jelas grafik kasus demensia ini bertambah.

Ia menyebutkan penyebab kasus demensia ini banyak. Terbanyak itu demensia alzeimer. Namun bisa juga disebabkan oleh penyakit lain. Seperti penderita parkinson suatu waktu bisa demensia.

“Atau orang yang pernah mengalami trauma kepala yang hebat. Sehingga menyebabkan lesi di otak. Biasanya lesi itu berada pada otak bagian depan ata lobus frontal. Itu bisa menyebabkan demensia pada akhir perjalanan hidupnya,” paparnya.

Ia mengatakan untuk pengobatan demensia itu masih menjadi masalah sampai saat ini. Demensia itu belum bisa disembuhkan. Secara klinis mendiagnosa suatu demensia sebetulnya di otak itu sudah terjadi perubahan patologi atau kerusakan yang cukup banyak.

“Artinya begitu ada kerusakan di otak gejala belum muncul. Sehingga kita susah mendeteksinya. Begitu gejala muncul, di otak itu kerusakannya sudah di tingkat menengah ke atas. Jadi untuk sembuh memang tidak bisa. Tapi, yang bisa diupayakan progresivitas ditekan atau diperlambat. Sehingga grafiknya pelan-pelan turunnya,” sebut Kepala Departemen Syaraf Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr M Djamil ini.

Ia mengatakan pengobatan demensia ini tidak hanya obat-obatan saja. “Banyak sekali peran keluarga. Penderita itu tidak boleh dibiarkan tapi harus diintervensi dan ditanya. Kemudian aktivitas penderita di atur. Jadi memang penderita demensia ini tidak bisa tanpa perhatian keluarga itu tidak mungkin,” ucapnya.

Ia mengatakan memang sebagian besar penderita demensia itu usia lanjut. Tapi itu tidak mutlak. Kasus demensia ini pun tiap tahun bertambah. Untuk mencegah kasus demensia ini agar tidak terus bertambah, harus ada upaya yang harus dilakukan pada usia muda.

Pertama, harus berolahraga. Kedua bila mempunyai penyakit hipertensi pada usia pertengahan harus diobati. Ketiga harus terus belajar. “Banyak kejadian di masyarakat, begitu pensiun semuanya pensiun. Termasuk otaknya pensiun dan fisiknya pun pensiun. Dan itu yang harus cegah supaya perilaku ini tidak mengarah pada demensia nantinya,” tutur Prof Dr dr Yuliarni Syafitra SpN (K).

Sementara Manajer Pelayanan Medik dr Nirza Warto SpTHT KL (K) mengatakan RSUP Dr M Djamil sebagai rumah sakit rujukan di wilayah Sumatera Bagian Tengah telah mempunyai subspesialis khusus menangani orangtua atau lansia. Sehingga rumah sakit ini  memberikan pelayanan yang memang diberikan oleh ahlinya.

“Para orang tua ini ditangani oleh dokter spesialis berkompeten dibidangnya. Jadi penanganannya melibatkan multidisiplin. Mulai dari dokter spesialis penyakit dalam, neurologi, jiwa. Jika berbicara orang tua juga melibatkan dokter spesialis lainnya. Seperti dokter spesialis mata dan THT yang mempunyai kekhususan dalam penanganan lansia,” tukasnya.(*)

Wirid Mingguan di M Djamil, Banyaknya Jalan Menuju Kebaikan

Kebaikan memiliki banyak jalan. Ini merupakan karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk meraih banyak pahala dan keutamaan. Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan maka akan dapat dilihat balasan yang Allah berikan.

“Jika kebaikan memiliki satu jalan saja, tentu manusia merasa bosan dan berat melakukannya. Namun, dengan sangat banyaknya jalan kebaikan manusia tidak pernah bosan melakukan kebaikan. Bahkan ia menikmatinya,” kata Ustad Dr H Urwatul Wusqa Lc MA saat Wirid Mingguan di Masjid As Syifa Kompleks RSUP Dr M Djamil, Jumat (4/10).

Ia mengatakan sebagian orang lebih senang melaksanakan shalat sehingga ia memperbanyak shalat. Sebagian lagi lebih senang membaca Al Quran sehingga ia memperbanyak membaca Al Quran.

“Ada pula yang lebih senang berzikir dengan bertasbih dan bertahmid sehingga ia memperbanyak melakukannya. Ada pula yang dermawan sehingga setiap ada kesempatan untuk bersedekah dan berinfak ia segera melakukannya. Ia menginfakkan harta kepada keluarganya dengan melonggarkannya, tanpa berlebihan,” tuturnya.

Oleh karena itu, tutur Urwatul Wusqa, jangan pernah malu untuk berbuat kebaikan, atau bahkan menganggap kecil sebuah kebaikan. “Satu bentuk hadiah kepada manusia mungkin karena dibatasi kemampuan menjadi kecil secara nilai dan upaya, tapi yakinlah, sangat besar di sisi Allah Swt,” tegasnya.

Ia menekankan biasakanlah merutinkan kebaikan yang dimulai dengan kesungguhan niat, karena niscaya tatkala mengalami kesulitan yang dibenarkan syariat di suatu masa untuk melaksanakan kebaikan tersebut. “Allah Swt akan segera mengenalinya, dan tetap mencatatnya sebagai kebaikan, hanya karena ia terbiasa melakukannya di kala penuh kemudahan,” ucap Urwatul Wusqa.

Sementara Plh Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian dr Kino SpJP (K) mengatakan wirid mingguan ini merupakan salah satu program rutin yang diadakan oleh RSUP Dr M Djamil untuk meningkatkan kualitas spiritual dan moral.

“Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT,” tuturnya.

Ia berharap dengan tausiah yang disampaikan semoga para civitas hospitalia dapat lebih mengutamakan urusan menggapi rahmat Allah SWT tanpa mengabaikan akhirat. “Dan diharapkan juga civitas hospitalia untuk selalu menebarkan kebaikan,” tukasnya. (*)

Waspadai Retinopati Diabetikum, Penyebab Kebutaan Akibat Diabetes Melitus

Penderita diabetes melitus berisiko mengalami komplikasi kerusakan organ, salah satunya retinopati diabetikum pada organ mata. Retinopati diabetikum adalah suatu kelainan pembuluh darah progresif pada retina yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus yang ditemukan pada penderita diabetes melitus.

“Berdasar data WHO, retinopati diabetikum adalah gangguan penglihatan kelima dan penyebab kebutaan keempat di dunia. Secara global, jumlah penderita retinopati diabetikum akan tumbuh dari 126,6 juta pada tahun 2010 menjadi 191,0 juta pada tahun 2030,” kata dokter spesialis mata sub bagian Vitreoretina Departemen Mata RSUP Dr M Djamil dr Weni Helvinda SpM (K) saat Penyuluhan Kesehatan Mata di Klinik Mata Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Selasa (2/10).

Penyuluhan yang diadakan oleh Instalasi Promosi Kesehatan dan KSM Mata ini diadakan dalam rangka Hari Penglihatan Mata Internasional yang jatuh pada 10 Oktober.

Ia menjelaskan retinopati diabetikum pada pasien diabetes melitus terjadi karena adanya kebocoran pembuluh darah mikro dan makrovaskular. Di bagian mata, terutama retina, terdapat banyak sekali pembuluh darah mikrovaskuler yang rentan mengalami kebocoran dan penyumbatan. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan akibat tingginya kadar gula darah serta proses stres oksidatif. “Ketika terjadi kebocoran dan sumbatan pembuluh darah pada retina, saraf mata tidak dapat mendapat suplai darah yang cukup sehingga terjadi kerusakan dan menyebabkan hilangnya penglihatan,” ucapnya.

Pada kasus lanjutan, sumbatan pembuluh darah memicu pembentukan pembuluh darah baru yang abnormal, rapuh, dan mudah pecah sehingga menyebabkan perdarahan di badan kaca dan retina penderita retinopati diabetikum. Jaringan fibrovaskular yang menarik jaringan retina juga dapat terbentuk sehingga menyebabkan ablasio retina atau terlepasnya saraf mata.

“Pembentukan pembuluh darah di jalan keluar cairan bola mata juga dapat meningkatkan tekanan bola mata dan menyebabkan rasa nyeri luar biasa,” tuturnya.

Retinopati diabetikum, sebut dr Weni, terbagi menjadi dua bentuk utama nonproliferatif dan proliferatif.  Retinopati diabetikum nonproliferatif (NPDR) adalah tahap awal penyakit di mana gejalanya ringan atau tidak ada sama sekali. “Sedangkan retinopati diabetikum proliferatif (PDR) merupakan komplikasi lanjut dari retinopati diabetik,” ucapnya.

dr Weni mengatakan penderita retinopati diabetikum biasanya mengalami gejala berupa penglihatan menurun, bercak hitam pada penglihatan mata, dan bayangan hitam yang melayang (f baters).

“Sementara tanda-tandanya berupa mikroaneurisma, perdarahan, soft eksudat, hard eksudat, edema retina dan neovaskularisasi,” paparnya.

Menurut dr Weni, penanganan terbaik kasus ini adalah dengan pencegahan. Pertama, kegiatan olahraga atau aktivitas fisik selama 30 menit per hari (5 kali seminggu), kedua diet seimbang yang sesuai kebutuhan dan batasi asupan gula, garam dan lemak.

Ketiga menurunkan berat badan terutama bagi yang memiliki kondisi obesitas. Keempat berhenti mengonsumsi alkohol dan berhenti merokok.

“Kelima pemakaian obat anti diabetikum secara teratur sesuai anjuran dokter, keenam kontrol gula darah kolesterol secara berkala. Terakhir cek kesehatan mata secara berkala,” tutur dr Weni.

Bagi pasien yang telah terdiagnosis retinopati diabetik, sebut dr Weni, harus menjalani follow-up, laser, obat anti-VEGF dan vitrektomi. “Vitrektomi adalah operasi untuk membuang cairan vitreus (vitreus) mata. Cairan vitreus adalah zat seperti gel yang mengisi bagian tengah bola mata,” sebutnya.

Ia menekankan perlu peran pasien, keluarga pasien dan seluruh lapisan masyarakat, termasuk tenaga kesehatan, dalam menyebarluaskan pengetahuan terkait penyakit ini. “Pasien-pasien diabetes melitus perlu lakukan skrining secara rutin, sehingga penderita retinopati diabetikum segera terdeteksi. Bagi yang mengalami gejala penyakit tersebut, mohon segera cek ke dokter spesialis mata terdekat,” tukasnya.(*)

WeCreativez WhatsApp Support
Jam Layanan Informasi : Senin s/d Kamis jam 07.45 wib s/d 16.15 Istirahat jam 12.00 wib s/d 13.00 wib Jumat 07.45 wib s/d 16.45