Setiap tahunnya tepat pada 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Peringatan bertemakan “Hak setara untuk semua, bersama kita bisa” itu bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
Pada kegiatan Car Free Day Minggu (1/12), menjadi momentum Puncak Peringatan Hari HIV/AIDS diselenggarakan RSUP Dr M Djamil. Aksi tersebut berkat kolaborasi bersama Dinas Kesehatan Kota Padang, Perdoski cabang Padang, Promosi Kesehatan dan Pemasaran RSUP Dr M Djamil.
Tim VCT terdiri dari 6 departemen yakni IPD, Anak, Obgyn, DVE, Pulmonologi, Neurologi, konselor VCT, IDI, IIDI, CIMSA Universitas Andalas. LPPM Unand dan civitas Unand, civitas akademika Unbrah, PKBI Daerah Sumatera Barat, PPNI, LSM Rumah Sahabat Mentari, Yayasan Akbar Sumatera Barat, Yayasan Sebaya Lancang Kuning.
Diawali longmarch Hari AIDS Sedunia yang dilepas Pj Wali Kota Padang Andree Harmadi Algamar bersama Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr M Djamil Dr dr Bestari Jaka Budiman SpTHT KL (K). Para peserta jalan dengan start depan kantor Gubernur Sumbar Jalan Sudirman-Rasuna Said-finish depan kantor Gubernur Sumbar.
Dilanjutkan senam bersama Senam Asma Indonesia, penyuluhan tentang AIDS, flashmob, pemeriksaan kesehatan gratis. Dan kegiatan semakin meriah dengan bertaburan doorprize.
“Hari ini adalah momentum penting bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran, memperbarui komitmen, dan memperkuat aksi bersama dalam penanggulangan HIV/AIDS, sebuah tantangan global yang masih memerlukan perhatian serius,” kata Direktur Medik dan Keperawatan Dr dr Bestari Jaka Budiman SpTHT KL (K) saat memberikan sambutan.
Ia menyebutkan tema peringatan tahun ini adalah “Hak setara untuk semua, bersama kita bisa.” “Tema ini mengingatkan kita bahwa untuk mengatasi HIV/AIDS, kita harus fokus pada akar permasalahan. Yaitu ketidaksetaraan dalam akses pelayanan kesehatan, pendidikan, dan informasi yang memadai,” ucap Dr dr Bestari.
Sebagai rumah sakit rujukan utama di wilayah Sumatra Barat, sebutnya, RSUP Dr M Djamil memiliki tanggung jawab besar dalam penanganan HIV/AIDS. “Kami telah menjadi saksi bagaimana penyakit ini tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga sering membawa stigma, diskriminasi, dan dampak sosial yang mendalam,” ucapnya.
Ia menekankan beberapa poin penting yang menjadi fokus bersama dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Yakni peningkatan layanan kesehatan yang inklusif. RSUP Dr M Djamil berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan yang ramah, tanpa stigma, dan diskriminasi bagi pasien ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).
“Semua pasien berhak mendapatkan pelayanan dengan martabat yang sama, sesuai dengan prinsip kesehatan universal,” tegasnya.
Kedua, pencegahan dan edukasi. Pencegahan adalah langkah utama. Melalui edukasi, baik kepada masyarakat maupun tenaga medis dapat mengurangi risiko penularan HIV. “Edukasi harus mencakup informasi yang akurat tentang cara penularan, pencegahan, dan pentingnya pengobatan,” sebutnya.
Ia mengatakan ketiga kolaborasi dengan berbagai pihak. Penanggulangan HIV/AIDS memerlukan kerja sama lintas sektor. “Kami akan terus bersinergi dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah, komunitas, dan lembaga pendidikan untuk memperluas jangkauan upaya pencegahan dan perawatan,” tutur Dr dr Bestari.
Terakhir, sebutnya, dukungan psikososial bagi ODHA dan keluarganya. HIV/AIDS bukan hanya masalah medis tetapi juga masalah psikologis dan sosial. “RSUP Dr M Djamil akan terus menyediakan layanan dukungan psikososial untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi tantangan ini dengan lebih kuat,” ucapnya.
Ia menegaskan hari ini bukan hanya tentang memperingati, tetapi juga mempertegas langkah kita untuk masa depan. “Kita ingin melihat hari di mana tidak ada lagi stigma terhadap ODHA, tidak ada lagi kesenjangan dalam akses layanan kesehatan, dan tidak ada lagi penularan baru HIV,” ungkapnya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Padang Andree Harmadi Algamar menekankan pentingnya merangkul ODHA agar mereka mendapatkan akses pengobatan yang layak dan hidup tanpa stigma. “Hari AIDS Sedunia adalah momen penting untuk menghapus rasa takut dan stigma negatif yang sering dialami ODHA. Kita harus lebih peduli dan mendukung mereka, bukan malah menjauhi,” ujar Andree Algamar.
Ia menekankan penyakit HIV/AIDS bukanlah akhir segalanya, tetapi sebuah tantangan yang dapat diatasi bersama. “Jangan biarkan AIDS mengambil nyawa lebih banyak. Mari kita bergandengan tangan untuk menemani ODHA dengan kasih sayang. Jauhi penyakitnya, bukan orangnya,” tukasnya. (*)