Kenali Gejala Stroke dengan SeGeRa ke RS

World Stroke Organization menetapkan tanggal 29 Oktober sebagai Hari Stroke Sedunia atau World Stroke Day. Peringatan ini untuk meningkatkan pemahaman tentang stroke, pencegahan, dan kebutuhan untuk meningkatkan perawatan serta dukungan terhadap penderita stroke.

Tahun ini, Hari Stroke Sedunia mengangkat tema ‘Be greater Than Stroke’ yang juga dimaknai sebagai ‘Kita Bisa Mengalahkan Stroke’.

“Hingga saat ini, stroke menjadi penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung baik di negara maju maupun berkembang. Untuk itu masyarakat diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala stroke agar dapat hidup lebih berkualitas,” kata dokter spesialis neurologi bagian neurovascular dan neurointervensi RSUP Dr M Djamil dr Gunawan Septa Dinata SpN FINA di Poliklinik Syaraf Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Selasa (29/10).

Ia mengatakan dengan mengenali gejala stroke, seseorang dapat merasakan berbagai macam dampak mulai dari kecacatan fisik hingga kematian. Berikut ini beberapa gejala stroke yang sering disebut dengan “SeGeRa Ke RS”.

“Se diartikan senyum tidak simetris. Senyum tidak simetris berarti seseorang saat tersenyum hanya mengarah pada satu sisi. Ge diartikan gerak tubuh melemah secara mendadak menjadi pertanda datangnya penyakit stroke,” tuturnya.

Ra diartikan bicara pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/tidak mengerti kata-kata/bicara tidak nyambung. Ke diartikan kebas pada tubuh juga menjadi salah satu gejala stroke yang umum dialami oleh penderitanya.

“R diartikan rabun pada mata yang terjadi secara tiba-tiba bisa juga menjadi pertanda datangnya penyakit stroke. S diartikan sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya turut menjadi tanda timbulnya penyakit stroke,” paparnya.

Ia menekankan bila beberapa gejala stroke tersebut terjadi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat ataupun ke fasilitas memiliki layanan terapi trombolitik ataupun layanan neurointervensi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penanganan sehingga dampak yang ditimbulkan tidak fatal.

“Dikarenakan semua tindakan tersebut mempunyai window terapi yang sangat sempit. Dimana pada stroke sumbatan hanya 4,5 jam untuk pemberian trombolitik. Sedangkan tindakan trombektomi itu bisa mencapai 16 jam ataupun 24 jam. Karena windownya sempit maka segera ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap,” paparnya.

Oleh sebab itu, jika seseorang sudah mengalami beberapa gejala yang diyakini sebagai pertanda penyakit stroke harus segera mendapat penanganan. “Penanganan yang cepat membuat proses penyembuhan lebih cepat dan potensi kesembuhan cukup tinggi,” tutur dr Gunawan.

Ia menyebutkan ada dua faktor risiko stroke. Yakni bisa dimodifikasi dan tidak bisa dimodifikasi. Contoh tidak bisa dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin dan penyakit bawaan. “Sementara contoh yang bisa dimodifikasi itu berupa makanan dan minuman yang tidak sehat, kurang olahraga, merokok, minum alkohol dan lainnya,” sebut dr Gunawan.

Untuk faktor risiko pada bidang medis, tuturnya, seperti adanya penyakit gula darah tinggi atau diabetes melitus, hipertensi yang lama. Adanya hiperkolesterolemia, adanya gangguan jantung baik gangguan irama dan jantung bawaan. “Kemudian adanya penyakit autoimun dan penyakit Covid-19,” tutur dr Gunawan.

Ia menekankan penyakit stroke sendiri tidak hanya menyerang orangtua. Apalagi pasca-Covid-19 ditemukan banyak usia muda yang mengalami penyakit stroke. Dan malah ada ditemukan usia anak-anak dan remaja (rentang usia 9 hingga 17 tahun).

“Rata-rata sekarang yang paling banyak itu pada usia 35 sampai 50 tahun. Dimana ada faktor risiko tadi, pasca-Covid-19 ini banyak mengalami stroke. Terutama pada sumbatan pembuluh darah otak,” sebutnya.

Sementara, tuturnya, pada orang tua dikarenakan faktor risiko seperti penyakit hiperzensi atau gula darah tinggi yang sudah menahun. Kemudian kurang gerak dan jenis makanan yang tinggi asupan lemak atau garam dan kolsterol. “Tapi saat ini stroke pada usia muda disebabkan oleh autoimun, gangguan jantung baik gangguan irama atau jantung bawaan, Post-Covid-19, dan gaya hidup,” ungkap dr Gunawan.

Ia menjelaskan untuk mencegah penyakit stroke ini adalah mulailah hidup sehat seperti jalan pagi minimal 30 menit dan rutin, menjaga makanan dan pola makan. Kemudian menghindari narkoba, merokok, minuman alkohol dan kurang istirahat. “Selain menjaga pola makan dan olahraga secara rutin, hal buruk tersebut harus dihindari,” tegasnya.

dr Gunawan mengatakan pencegahan ini jauh lebih baik daripada mengobati. Dimana sel otak sekali rusak dia akan menetap. Jadi pencegahan itu sangat penting. “Datanglah ke rumah sakit atau pun yang memiliki fasilitas neurovaskuler atau neurointervensi. Bisa juga datangi dokter neurologi yang terdekat di tempat tinggal Anda untuk memastikan apakah dari semua faktor risiko atau gejala tadi ditemukan pada diri Anda. Apalagi dengan uraian orang tua yang mengalami hipertensi, diabetes melitus atau pun stroke,” tukasnya.(*)

Berita

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WeCreativez WhatsApp Support
Jam Layanan Informasi : Senin s/d Kamis jam 07.45 wib s/d 16.15 Istirahat jam 12.00 wib s/d 13.00 wib Jumat 07.45 wib s/d 16.45