Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran RSUP Dr. M. Djamil bersama Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil mengadakan penyuluhan kesehatan tentang Kanker Paru yang disampaikan oleh dr. Afriani, Sp.P (K). Onk. Penyuluhan tersebut dalam rangka Peringatan Hari Kanker Sedunia bertepatan pada 4 Februari lalu.
Dalam penyuluhan kesehatannya, dr. Afriani, Sp.P (K). Onk menyampaikan kanker paru adalah semua penyakit keganasan pada paru. Keganasan tersebut terdapat pada paru sendiri (primer) maupun keganasan dari luar paru (metastasis).
“Kanker paru merupakan kanker paling banyak terjadi di dunia, sekitar 12,4 persen dari semua kanker. Di Indonesia, kanker paru penyebab utama kematian akibat kanker sekitar 1,8 juta kematian. Dan menempati urutan ketiga terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara dan kanker serviks,” kata dr. Afriani saat penyuluhan kesehatan di Poliklinik Paru Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Selasa (4/2) lalu. Penyuluhan kesehatan itu diikuti oleh pasien dan keluarga pasien.
Ia mengatakan kanker paru termasuk kanker terbanyak diderita oleh laki-laki. Dimana faktor risiko kanker paru ini adalah rokok, inflamasi kronik, paparan asap rokok lingkungan, genetik. Kemudian polusi udara dan paparan radon. “Perokok memiliki kemungkinan 15-30 kali lebih besar untuk menderita atau meninggal akibat kanker paru dibanding bukan perokok,” tegasnya.
Pada tahap awal, sebutnya, kanker paru tidak menyebabkan gejala apa pun. Gejala hanya akan muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai tahap tertentu.
Gejala awal yang timbul berupa batuk berkelanjutan dan bertambah parah hingga akhirnya mengalami batuk darah. Sakit kepala, mengalami kelelahan tanpa alasan, suara serak, sakit pada tulang, bisa pada bahu, lengan atau tangan.
“Kesulitan menelan atau sakit menelan sesuatu, mengalami sesak napas atau nyeri dada, pembengkakan pada muka atau leher, kehilangan selera makan. Kemudian berat bertambah turun dan perubahan pada bentuk jari yakni ujung jari menjadi cembung,” paparnya.
Ia mengungkapkan kanker paru sering ditemukan saat stage lanjut. Sehingga penting dilakukan skrining dan deteksi dini kanker paru. “Dengan skrining dan deteks dini akan menurunkan risiko kematian 15 hingga 20 persen,” sebut dr. Afriani.
Skrining dilakukan, tuturnya, pada usia 50 sampai 80 tahun, tanpa gejala, saat ini perokok atau bekas perokok dalam 15 tahun terakhir dengan riwayat merokok satu bungkus per hari selama 20 tahun. “Jika memiliki tiga kriteria tersebut disarankan periksa diri ke dokter,” ucapnya.
Sementara deteksi dini harus dilakukan memiliki satu atau lebih gejala dan memiliki faktor risiko kanker paru. “Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan diri ke dokter. Nanti dideteksi melalui Low Dose CT Scan Thorax atau LDCT. LCDT ini merupakan metode pencitraan yang menggunakan dosis radiasi rendah untuk menghasilkan gambar paru-paru,” paparnya.
Ia menekankan jika didiagnosis mengidap kanker paru maka agar lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter. Termasuk kontrol rutin dan lakukan pemeriksaan penunjang dibutuhkan.
“Selanjutnya jalani pola hidup sehat dan jalin dukungan dengan kelompok penyintas,” saran dr. Afriani seraya mengatakan tata laksana kanker paru berupa bedah, kemoterapi, radioterapi, terapi target. Kemudian imunoterapi dan paliatif care.
Ia menyebutkan cara mencegah kanker paru ini adalah berhenti merokok dan hindari paparan asap rokok, kurangi polusi udara dan menggunakan alat pelindung diri. Pola makan sehat dan olahraga teratur. “Mari kenali, deteksi dan tangani kanker paru bersama,” ajaknya.(*)