34 Tahun Mengabdi, Tiada Henti Pompa Semangat Pasien untuk Sembuh

34 tahun bukan waktu yang singkat untuk menjalani sebuah profesi. Bahkan bisa konsisten menjalaninya dan sudah melayani pasien dengan berbagai macam kondisi, berbagai macam karakter, perangai dan sosial yang berbeda-beda.

Bagi Yenri Ernida, S.FT, Ftr, pekerjaan sebagai fisioterapis bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan ekstra. Karena fisoterapis bukan hanya sekadar profesi. Namun juga sebuah pelayanan kepada pasien yang sedang mengalami sakit dan membutuhkan dukungan untuk bisa sembuh.

“Sebagai seorang fisioterapis selain harus sabar dan ikhlas, kita juga perlu memotivasi pasien untuk terus bersemangat bisa sembuh. Terkadang pasien itu kurang sabar, sehingga kitalah yang harus memotivasinya,” tuturnya.

Ia mengatakan mungkin tidak semua hal-hal yang dilakukan oleh fisioterapi di sini berefek positif atau berkesan baik dengan pasien. Ada beberapa pasien mungkin mereka menganggap dirinya tegas dan keras. “Tapi Alhamdulillah setelah itu mereka bilang dibalik tegas dan keras dirinya menjadi pemicu untuk bangkit dan semangat menjalani terapi. Itu sering saya dengar,” ucap Penanggung Jawab Instalasi Rehabilitasi Medik ini.

Fisioterapi di sini, sebutnya, melayani semua kasus. Tapi yang jelas di Instalasi Rehabilitasi Medik ini spesifikasi. Beda dengan rumah sakit lain. Di sini, satu pasien ditangani satu fisioterapi. “Dan kasus-kasus yang dilayani itu yang tidak bisa ditangani oleh rumah sakit lain. Umumnya memang kasus-kasus multipatologis yang memang sudah banyak gangguan,” tuturnya.

Di sini juga, sebutnya, memang ada yang menggunakan alat, tetapi yang paling utama adalah latihan atau exercise yang diberikan ke pasien. Misalnya setelah diberikan alat, maka akan kita berikan lagi latihan-latihan yang sesuai dengan kasus atau kondisi pasien.

“Kami tidak berani memikirkan prognosis nya itu bagus dan baik. Kita lihat di sini kasus yang berat atau multipatologis. Kita memang  prognosisnya minimal pasien itu hanya sampai batas pindah dari bed ke kursi roda.  Awalnya nggak mungkin rasanya kita kembangkan untuk berjalan atau berdiri ternyata sanggup melakukan. Ini atas motivasi atau semangat dari pasien untuk  sembuh,” sebutnya.

Ia menekankan hal-hal itu sering terjadi tetapi mungkin sudah kehendak Allah SWT. Usaha dan doa. “Usaha kita dengan pasiennya. Kesembuhan Allah SWT yang menentukan. Tapi fisioterapi menjadi perantara melalui latihan-latihan yang diberikan,” ucap Yenri.

Terbaru, sebutnya, pihaknya mendapatkan pasien dengan kasus SOL atau space occupying lesion. Ada benjolan di kepala pasien dan kebetulan pasien itu berasal dari Muko-Muko Bengkulu. “Pasien ini sudah menjalani operasi dan kemoterapi. Usai kemoterapi, pasien ini dengan kondisi mual dan hanya berbaring. Setelah menjalani serangkaian terapi, anak itu sudah bisa berjalan dan tidak lagi berbaring seperti biasanya,” ungkapnya seraya mengatakan ia juga pernah melakukan terapi mantan Duta Besar Myanmar untuk Indonesia saat dirawat di RSUP Dr. M. Djamil.

Selama mengabdi, ia selalu mendapat dukungan dari RSUP Dr. M. Djamil. Dari sisi pendidikan, basic saya sebagai fisioterapi dari D-III. Dan di perjalanan dilanjutkan ke jenjang S-1 dan profesi. “Dan Alhamdulillah RSUP Dr. M. Djamil memfasilitasi penyesuaian, untuk naik jabatan, dan naik pangkat. Dengan berbagai macam kesulitan, tapi Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan,” tukasnya. (*)

Berita

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WeCreativez WhatsApp Support
Jam Layanan Informasi : Senin s/d Kamis jam 07.45 wib s/d 16.15 Istirahat jam 12.00 wib s/d 13.00 wib Jumat 07.45 wib s/d 16.45