Analisis Penggunaan Antibiotik RSUP Dr M Djamil jadi Acuan 14 RS Vertikal Kemenkes

Penelitian Analisis Penggunaan Antibiotik RSUP Dr M Djamil menjadi acuan bagi 14 rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan RI. Berharap nantinya dari penelitian pilot project ini bisa menghasilkan data yang akan menelurkan sebuah kebijakan Kementerian Kesehatan RI.

“Penelitian analisis penggunaan antibiotik yang dilakukan RSUP Dr M Djamil agar menjadi acuan bagi 14 rumah sakit vertikal. Saya meminta bapak Dr dr Andani Eka Putra MSc untuk mengawal penelitian ini,” kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat Rapat Pembahasan Pilot Project Antibiotik 14 Rumah Sakit Kemenkes secara hybrid, Jumat (1/11).

Menkes mengatakan paling lambat pada bulan Desember, analisis penggunaan antibiotik di 14 rumah sakit vertikal selesai. “Kemudian dibikinkan kebijakannya. Termasuk nanti akan dibuatkan keputusan menteri atau peraturan menteri. Mereka (rumah sakit vertikal, red) melakukan seperti ini. Harus diikuti rumah sakit besar dululah. Supaya kita bisa memastikan pemberian antibiotik ini,” ucap Budi Gunadi Sadikin.

Di samping itu, Menkes pun meminta Dr dr Andani Eka Putra juga melakukan kajian atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik. “Mudah-mudahan hasil kajian yang dilakukan itu akan menjadi sebuah dasar kebijakan juga nantinya,” tutur Menkes.

Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand Dr dr Andani Eka Putra MSc mengatakan penelitian ini didasari ada beberapa teman sejawat memberikan antibiotik yang awalnya infeksi ringan hingga berkembang menjadi berat atau meninggal. “Jadi muncul pertanyaan. Apakah antibiotik kita sudah tepat. Saya tidak melihat kemana-mana tapi dasar pijakannya seperti itu. Bisa gak ini menjadi dasar kita untuk menyusun sebuah kebijakan memberikan antibiotik yang lebih tepat,” tutur Dr dr Andani.

Ia mengungkapkan dari hasil penelitian dilakukan ditemukan 48,5 persen antibiotik yang diberikan saat pasien masuk ternyata diganti setelah 3-4 hari. Memang ada panduan praktik klinis (PPK) untuk diganti, tapi kalau data antibiogram kita benar harusnya penggantiannya tidak sebanyak itu. “Artinya kita tidak tepat dalam pemberian inisial antibiotik,” ucap Konsultan Penelitian RSUP Dr M Djamil ini.

Itu bisa terjadi, tuturnya, kemungkinan karena data antibiogram tidak lengkap dan tidak ada guidence kita memberikan antibiotik. “Itu kira-kira menjadi dasar penyebabnya,” sebut Dr dr Andani.

Ia juga menekankan pertama kita harus tahu pola dari rumah sakit vertikal lain sehingga akan menjadi dasar kita mengambil kebijakan. “Nanti akan kita lihat inisial antibiotik itu hampir sama nggak dengan data antibiogram. Berbeda nggak data biogram dengan peta kuman. Kalau belum akan kita perbaiki,” sebutnya.

Kedua, tahapan kerja adalah kita kumpulkan data mulai dari Januari sampai Juni 2024 ke-14 rumah sakit vertikal. Semua data itu kita akan analisis. Mencakup mulai diagnosis data pasien, jumlah antibiotik yang diberikan dan sebagainya.

“Data-data sangat lengkap sekali. Sehingga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan di M Djamil,” ucapnya.

Sementara Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua mengatakan kegiatan untuk melihat kegunaan  pola antibiotik di RSUP Dr M Djamil ternyata diakomodir oleh Bapak Menteri Kesehatan untuk di evaluasi di 14 rumah sakit vertikal di Indonesia.

“Tentu kita bangga bahwa RSUP Dr M Djamil  bersama Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menjadi pionir untuk melakukan pilot project ini untuk 14 rumah sakit vertikal. Karena kita sudah menginisiasi ini dan membuka jalan tentu kita harus berproses bagaimana proses yang sudah kita lakukan tentu ditindaklanjuti,” tutur Dovy.

Ia mengatakan dengan pertemuan yang turut dihadiri Direktur Medik dan Keperawatan Dr dr Bestari Jaka Budiman SpTHT KL (K) untuk dibuatkan Surat Keputusan (SK) tim. “Ini agar kita bergerak bersama-sama. Sehingga hasil penelitian pada 14 rumah sakit ini juga bisa menghasilkan data akan menelurkan sebuah kebijakan. Ini adalah yang sangat penting tentunya bagi kita,” sebutnya.

Dovy mengatakan berbicara kebijakan, bagaimana kita sudah mulai menginisiasi dalam pola penggunaan antibiotik ini. “Kita sepakat mengubah kebijakan dengan data dan penelitian yang harus kita lakukan. Karena sudah menjadi acuan maka kita dukung keberadaan Dr dr Andani Eka Putra MSc untuk mendapatkan data penelitian ini. Kita sama jugakan bagaimana bekerja dengan baik,” tukasnya.(*)

Berita

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WeCreativez WhatsApp Support
Jam Layanan Informasi : Senin s/d Kamis jam 07.45 wib s/d 16.15 Istirahat jam 12.00 wib s/d 13.00 wib Jumat 07.45 wib s/d 16.45