Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran RSUP Dr M Djamil mengadakan penyuluhan kelompok bersama dr Eka Kurniawan SpPD-KR yang menyampaikan tentang Waspada Osteoporosis. Penyuluhan kelompok dalam rangka Hari Osteoporosis yang jatuh pada 20 Oktober lalu itu berlangsung di Poliklinik Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr M Djamil, Jumat (25/10).
“Kata osteoporosis berasal dari bahasa Yunani yaitu ostoun berarti tulang dan poun berarti pori. Jadi osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan massa, perburukan mikroarsitektur dan tulang rapuh mudah patah,” kata dr Eka Kurniawan SpPD-KR saat memberikan pemaparan.
Tidak hanya pemaparan materi, pasien maupun keluarga pasien menunggu antusias melontarkan pertanyaan kepada dokter terhadap penyakit yang dialami sekarang.
Ia mengatakan studi epidemiologi menunjukkan osteoporosis lebih banyak dialami populasi usia lanjut, dengan kecenderungan pada jenis kelamin wanita. Data Kemenkes RI mencatat prevalensi osteoporosis di Indonesia sebesar 23 persen pada wanita berusia 50-80 tahun, dan 53 persen pada wanita berusia 80 tahun ke atas.
“Kondisi ini dapat menyebabkan dari gejala yang paling ringan seperti nyeri saat berjalan atau saat tulang digerakkan, hingga yang fatal seperti patah tulang dikarenakan tulang mengalami kerapuhan. Adapun lokasi tulang yang sering mengalami efek dari kerapuhan ini yaitu pada tulang belakang bagian bawah, tulang pinggul, dan pergelangan tangan,” paparnya.
Jenis-jenis osteoporosis, sebut dr Eka Kurniawan, yakni osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. “Osteoporosis primer atau yang biasa disebut dengan osteoporosis tipe 1, merupakan osteoporosis yang umumnya paling banyak terjadi karena terjadi pada wanita usia lanjut atau mulai memasukki fase menopause,” sebutnya.
Ia mengatakan osteoporosis sekunder atau yang biasa disebut osteoporosis tipe 2 adalah osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit atau konsumsi obat-obatan tertentu. “Beberapa penyakit yang rentan terserang osteoporosis tipe ini antara lain diabetes, lupus, ginjal, liver, dan kelainin bawaan lahir,” paparnya.
Ia menekankan osteoporosis dapat terjadi oleh siapa saja dengan faktor yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor risiko serta gejala dini penderita osteoporosis. Pertama wanita, berhubungan fase menopause.
Kedua, bertambahnya usia, semakin rentan terkena osteoporosis karena tulang yang semakin menipis dikarenakan hormon seksual semakin menurun. Ketiga, pasien yang sedang dalam masa pengobatan yang cukup lama.
“Keempat, kurangnya paparan sinar matahari, asupan vitamin D, dan kalsium. Dan terakhir merokok, mengonsumsi alkohol, mengonsumsi kafein,” ucap dr Eka Kurniawan.
Gejala osteoporosis, tuturnya, sakit punggung dalam jangka waktu yang lama. Mudah dan sering mengalami cedera pada tulang. “Kemudian postur tubuh yang semakin membungkuk. Dan menurunnya tinggi badan,” paparnya.
Ia menyebutkan beberapa metode pemeriksaan untuk menentukan seseorang dapat dinyatakan mengidap osteoporosis. Yakni radiologi untuk mengetahui penurunan densitas tulang, penipisan korteks dan fraktur dan densitometri berupa pemeriksaan akurat dan tepat menilai prognosis, prediksi faktur dan diagnosis.
“Berikut adalah jenis pengobatan osteoporosis yang dapat lakukan yakni obat antiresorbtif, obat stimulator tulang dan kalsium dan vitamin D,” sebutnya.
dr Eka Kurniawan memaparkan cara pencegahan osteoporosis yakni aktivitas fisik yang teratur, misalnya berjalan 30-60 menit per hari. Asupan kalsium 1000-1500 mg/hari, hindari rokok atau alkohol, kenali penyakit dan obat yang menimbulkan osteoporosis.
“Kemudian hindari hal yang menyebabkan pasien terjatuh, hindari def, vitamin D, eksresi kalsium lewat ginjal, dan terapi steorid lama dengan dosis rendah dan singkat,” tukasnya.(*)