Transcranial Magnetic Stimulation (TMS), sebuah teknologi inovatif, kini menjadi pilihan terapi yang menjanjikan untuk mempercepat dan mengoptimalkan proses pemulihan pasien stroke. Terapi ini berfungsi untuk memperbaiki konektivitas antar neuron dan mengembalikan fungsi motorik serta kognitif yang terganggu akibat stroke.
“TMS merupakan salah satu modalitas dari neurorestorasi yang dapat menstimulasi sel-sel saraf tanpa tindakan invasif, tidak menyebabkan nyeri pada pasien, dan tanpa efek samping berbahaya,” kata dokter spesialis neurologi sub divisi neurorestorasi RSUP Dr. M. Djamil dr. Reno Bestari, Sp.N.
Ia mengatakan cara kerja TMS adalah dengan mengantarkan gelombang elektromagnetik dari main unit. Lalu koil yang ditempelkan ke kepala pasien melalui tulang tengkorak yang akan menstimulasi sel-sel saraf di otak pasien.
“TMS dapat diindikasikan untuk pasien-pasien neurologi. Misalnya pasien stroke, gangguan gerak, tinnitus, dan parkinson. Selain itu TMS dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk beberapa kelainan psikiatri, seperti depresi, obsessive compulsive disorder dan gangguan cemas,” ucapnya.
Salah satu kelebihan TMS, sebutnya, adalah kemampuannya untuk menargetkan area otak yang spesifik dengan presisi tinggi. Hal ini memungkinkan terapi lebih efektif dan efisien dalam memulihkan fungsi yang terganggu akibat stroke. “Selain itu, TMS memiliki risiko efek samping yang rendah, seperti sakit kepala ringan dan rasa tidak nyaman di kulit kepala, yang menjadikannya pilihan terapi yang aman,” ucap dr. Reno.
Ia menegaskan meskipun menawarkan harapan baru dalam pemulihan pasien stroke, TMS sebagai pelengkap dalam program rehabilitasi yang komprehensif. Pasien stroke masih memerlukan terapi fisik, okupasi, dan bicara untuk memaksimalkan pemulihan mereka. “TMS dapat membantu meningkatkan efektivitas terapi tersebut dengan meningkatkan konektivitas dan fungsi otak yang terganggu,” tuturnya .
Sementara salah seorang pasien terapi TMS Rusdiyono melalui sang istri menceritakan suaminya menderita stroke sejak empat bulan terakhir dengan kondisi lemah kaki sebelah kanan dan tidak bisa bicara sama sekali. “dr. Reno pun menyarankan agar suami saya mengikuti terapi TMS selama 10 hari berturut-turut. Alhamdulillah setelah menjalani terapi ketiga, suami saya sudah bisa mengeluarkan suara, tangan dan kaki sudah bisa digerakkan perlahan,” ucap sang istri.
Ia mengatakan suaminya rutin mengikuti terapi TMS. Hingga saat ini kondisi suara sang suami sudah semakin jelas, tangan dan kaki sudah dapat bergerak. “Kami mengucapkan terima kasih kepada dokter Klinik Istano Pagaruyuang RSUP Dr. M. Djamil yang telah merawat suami saya,” ucapnya.(*)