RSUP Dr M Djamil telah menghadirkan layanan USG Torak di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT). USG Torak merupakan metode non-invasif yang cepat dan telah menjadi bagian dari jalur diagnostik kanker paru.
Diketahui, kanker paru menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia. Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian akibat kanker.
“Di ruangan IDT ini, kami dari onkologi torak melakukan tindakan yang dinamakan USG torak untuk mengguiding melakukan tindakan untuk pemeriksaan dari kanker paru dan tumor mediastinum,” kata dokter spesialis paru onkologi RSUP Dr M Djamil dr Sabrina Ermayanti SpP Onkologi (K) di Instalasi Diagnostik Terpadu RSUP Dr M Djamil, Jumat (13/12).
Ia mengatakan kita tahu bahwa kanker paru itu sulit untuk didiagnostik. Karena kanker paru adalah salah satu jenis penyakit kanker yang tumbuh di dalam paru di dalam rongga dada sehingga sulit untuk pengambilan sampelnya.
“Kita berusaha bagaimana mengambil dan mendapatkan sampel sehingga dokter patologi anatomi mendapatkan hasil yang lebih baik,” tuturnya didampingi dokter spesialis patologi anatomi dr Yessy Setiawati M Biomed SpPA.
Dengan mengguiding dengan USG torak, sebutnya, kita berharap tumor yang kita ambil itu bisa kita ambil setepatnya sehingga dapat mengambil sampel yang maksimal. “Cara pengambilannya, selain kita lihat dengan USG. Kemudian kita tandai daerah mana yang kita ambil. Kemudian kita ambil bisa dengan needle aspirasi, jarum halus TTNA, dan core biopsi atau TTB,” tuturnya.
Dari sampel yang kita ambil itu nanti sesuai dengan marker yang sudah kita tandai dengan USG kemudian kita serahkan langsung ke dokter patologi anatomi. “Selanjutnya dilakukan tindakan ROSE (Rapid on-site evaluation),” ungkap dr Sabrina.
Dokter spesialis patologi anatomi dr Yessy Setiawati SpPA menambahkan tindakan ROSE ini sangat membantu bagi kami untuk menentukan secara tepat apakah satu tumor itu ganas atau jinak. “Di IDT ini kita sudah bisa menentukan apakah ini tumor jinak atau tumor ganas. Sehingga dokter paru onkologi bisa menentukan tindakan berikutnya,” sebutnya.
Tindakan ROSE sangat membantu bagi pasien yang ada di RSUP Dr M Djamil. “Dan Alhamdulillah ini dapat berjalan karena dukungan dari bagian paru onkologi terhadap patologi anatomi,” ucap dr Yessy.
Jadi, tutur dr Sabrina, kalau sudah dari ROSEnya dapat sampel yang adikuat berarti kita dapat melanjutkan. Berarti posisi yang kita ambil sudah benar, selnya sudah dapat. “Apakah kita lanjutkan dengan core biopsi sehingga kita dapat sampel yang lebih besar. Dengan demikian diagnosis akan lebih dapat ditegakkan dengan pasti,” tuturnya.
Ia berharap mudah-mudahan tindakan yang kita lakukan dengan hati-hati ini dan edukasi yang kita berikan, bapak ibu yang mau dilakukan tindakan diagnostik untuk kanker paru tidak mendapatkan informasi yang salah. Sehingga tidak mau dilakukan tindakan.
“Banyak yang kita dengar, setiap kita mau edukasi melakukan tindakan terjadi penolakan. Pasalnya mereka lebih banyak mendapatkan informasi dampak negatifnya. Padahal tujuannya adalah supaya dapat jenis selnya, dan supaya kita tahu obat yang tepat untuk penyakit bapak ibu,” tukasnya. (*)