RSUP M Djamil menyosialisasikan Sistem Komando Bencana Terkait Menghadapi Megathrust dan Penyakit Infeksi Emerging (PIE) di Auditorium Lantai IV Gedung Administrasi dan Rawat Jalan RSUP M Djamil, Selasa (3/9). Sosialisasi ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen hospitalia RSUP M Djamil dalam menjaga keselamatan dan kesehatan bersama.
“Wilayah Sumatera Barat, khususnya Padang, berada di zona rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Isu tentang potensi gempa megathrust di Mentawai-Siberut yang dapat mengakibatkan gempa besar dan tsunami menjadi perhatian serius bagi kita semua. Terutama dalam menjaga keselamatan pasien dan seluruh hospitalia di rumah sakit ini,” kata Direktur Utama RSUP M Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua saat memberikan sambutan.
Sosialisasi ini menghadirkan narasumber Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sumbar Benny Yansyukral, SP, MP, Pakar Gempa dari Universitas Andalas Dr. Ir. Badrul Mustafa Kemal, M.S., DEA dan Ketua K3RS RSUP M Djamil Katherina Welong, SKM, MARS.
Turut dihadiri Direktur Medik dan Keperawatan Dr. dr. Bestari Jaka Budiman, SpTHT-KL (K), FICS, Plt Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian dr. Budi Pratama Arnofyan, SpB. SpBA (K), Direktur Layanan Operasional drg. Ade Palupi Muchtar, MARS dan Direktur Perencanaan dan Keuangan Luhur Joko Prasetyo, SE dan hospitalia RSUP M Djamil.
Ia mengatakan sosialisasi mitigasi bencana bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan hospitalia semua tentang langkah-langkah yang harus diambil jika bencana terjadi. “Kita akan mempelajari prosedur evakuasi, jalur penyelamatan, dan persiapan fasilitas rumah sakit dalam menghadapi skenario terburuk,” tuturnya.
Selain itu, sebut Dovy, juga menghadapi tantangan baru berupa munculnya kasus Monkeypox di beberapa daerah. Sebagai tenaga kesehatan harus selalu siap dan waspada terhadap penyakit menular baru ini. “Sosialisasi ini akan memberikan pemahaman tentang gejala, penularan, dan langkah-langkah pencegahan infeksi Monkeypox, agar kita dapat melindungi diri kita sendiri, pasien, serta masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis,” ucap Dovy.
Dokter Spesialis Fetomaternal ini mengatakan kesiapsiagaan sebagai satu kesatuan akan menentukan seberapa cepat dan efektif dapat merespons situasi darurat. “Saya berharap seluruh hospitalia RSUP Dr M Djamil Padang dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi kedua isu penting ini. Kita harus siap, baik dari segi fisik, mental, maupun sistem dan prosedur yang ada, untuk menghadapi segala kemungkinan,” harapnya.
Sementara Direktur Medik dan Keperawatan Dr. dr. Bestari Jaka Budiman, SpTHT-KL (K), FICS mengatakan RSUP M Djamil telah membentuk Komite Keselamatan dan Kesehatan Rumah Sakit (K3RS). “Hampir setiap hari tim Komite K3RS keliling menginformasikan jalur evakuasi harus terbuka. Arah dan titik kumpul harus jelas,” ucapnya.
Komandan Bencana RSUP M Djamil ini mengatakan tetapi saat bencana gempa, RSUP Dr M Djamil menjadi sentral yang begitu padat. Apalagi jika terjadi gempa dengan skala besar di atas 8 SR yang menjadi perhatian Internasional.
“Untuk itu kita harus mengambil keputusan. Siapa di lapangan yang berperan sebagai apanya maka hari ini menyegarkan kembali ingatan kita,” tuturnya.
Ia mengatakan sebagai rumah sakit ada sistem yang harus berjalan dengan baik. “Komando dan di lapangan siapa. Termasuk peranan rumah sakit pada saat gempa. Baik di rumah sakit maupun kondisi di rumah sakit sendiri dan hubungan seluruh tim yang bertanggung jawab terhadap penanganan pascagempa,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, tutur Bestari, sebulan lalu BMKG menginformasikan akan terjadi gempa megathrust. “Tetapi kita tidak tahu kapan terjadi. Makanya dibutuh kesiapsiagaan dan mitigasi di RSUP M Djamil untuk menyelamatkan diri sendiri maupun menyelamatkan pasien,” tukas Bestari.