RSUP M Djamil Padang menyediakan fasilitas khusus untuk menangani penyakit cacar monyet (Mpox). Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya kasus Mpox di Sumbar.
“Untuk penanganan pasien Mpox, RSUP M Djamil telah memiliki tim Penyakit Infeksi Emerging (PIE). Baik tim medis, keperawatan, penunjang dan laboratorium semuanya ada timnya. Dan juga sudah menyiapkan ruang isolasi,” kata Ketua Tim Pojka Penyakit Infeksi Emerging RSUP Dr M Djamil Padang dr Fadrian SpPD KPTI saat Sosialisasi Sistem Komando Bencana Terkait Menghadapi Megathrust dan Penyakit Infeksi Emerging (PIE) di Auditorium Lantai IV Gedung Administrasi dan Rawat Jalan RSUP M Djamil, Selasa (3/9).
Dokter spesialis penyakit dalam ini menekankan RSUP M Djamil sudah siap menangani kasus cacar monyet. “Tinggal kita membuat alurnya. Jadi alurnya ketika pasien datang rujukan, pasien ke IGD dan dilakukan pemeriksaan. Dan tak lama-lama di IGD si pasien langsung dibawa ke ruang isolasi Bougainville,” ucapnya.
Untuk tata laksana pasien Mpox ini, tuturnya, kebanyakan suportif berdasarkan gejalanya. “Gejalanya apa maka dikasih obat. Terapi spesifik yang antivirus itu belum diberikan kalau seandainya bukan kasus infeksi yang berat. Bukan Mpox yang berat. Mpox jenis berat baru antivirus,” tuturnya.
Ia menekankan beberapa tanda dan gejala dari Mpox diawali dengan demam kemudian muncul lesi kulit yang kemerahan, menonjol, melenting, dan bisa pecah menjadi keropeng. Kondisi ini mirip dengan gejala cacar atau cacar air namun pada cacar monyet terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
“Selain itu Mpox tidak seperti Covid-19, yang dapat menyebarkan virus ketika tidak bergejala. Penyebaran Mpox sebagian besar menyebarkan ketika lesi kulit muncul,” ucapnya.
Penularan Mpox ini, paparnya, melalui kontak langsung dari yang paling infeksius itu lesi kulitnya. “Gejala utamanya ruam terutama munculnya lokasi ruam itu pada tiga lokasi spesifik Yakni sekitar mulut, sekitar anus, dan sekitar genital. Itu baru suspect,” ungkapnya.
Kapan naik probable? Ia menyebutkan jika ada faktor risiko. Riwayat perjalanan, riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi. Atau dia lelaki suka lelaki (LSL) atau HIV positif. “Itu probable. Terkonfirmasi jika PCR-nya positif,” paparnya.
Ia mengatakan tentu harus tracing dengan siapa-siapa saja pasien berkontak. Dan akan di cek juga kesehatannya. Ada timbul gejala atau tidak dengan orang kontak erat ini.
“Tenaga kesehatan yang berkontak dengan pasien memakai alat pelindung diri (APD), sarung tangan, masker bedah dan face shield,” ungkapnya.
Ia menegaskan menghindari kontak kulit, kontak fisik dengan orang yang menunjukkan gejala Mpox penting dilakukan. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi kunci terhindar dari penyakit ini.
“Untuk mencegah Mpox, masyarakat diimbau untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ini termasuk menggunakan masker jika sakit, mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, menjaga pola makan yang sehat, dan rutin berolahraga,” tukasnya. (*)