Saat Ramadhan tiba, tidak jarang pasien dalam rawatan kemoterapi atau pasien yang masih menjalani beberapa kali kemoterapi atau pasien yang masih dalam perawatan kanker merasakan dilema untuk menunaikan kewajiban puasa. Pasalnya, banyak pasien yang khawatir bila puasa berisiko mempengaruhi kondisinya.
“Kalau kita kepengennya tentu ibadah kita jalan dan tidak tertinggal. Pengobatan yang kita jalani tersebut juga tidak tertinggal. Jadi ibarat pepatah minang seandainya kita menarik benang atau rambut dari tepung. Artinya rambut tidak putus dan tepungnya tidak berserak. Begitulah kita menghadapi bulan puasa ini bagi pasien-pasien yang sedang menjalani kemoterapi,” kata Dokter Spesialis Bedah Onkologi RSUP Dr. M. Djamil dr. Rahmat Taufik, Sp.B (Onk) K saat Peringatan Hari Kanker Sedunia 2025 di Unit Kemoterapi.
Ia pun membagi tips agar pasien kemoterapi bisa berpuasa. Tips pertama, pasien harus melakukan konsultasi terlebih dahulu ke dokter merawat. “Jadi sebelum memasuki bulan Ramadhan sudah berkonsultasi dengan dokter. Konsultasikan kondisi tubuh dan konsultasikan jenis-jenis pengobatan yang dilakukan kalau seandainya terjadi saat bulan Ramadhan,” ucapnya.
Tips kedua, sebutnya, kesiapan fisik. Mungkin semua orang melakukan persiapan fisik menyambut Ramadhan. Tapi sebagai pasien kanker tentu ada persiapan fisik khusus yang harus dilakukan. “Mulai dari pola makan, pola istirahat, pola fisik,” tuturnya.
Tips ketiga persiapan menghadapi kemungkinan terapi yang akan dijalani saat bulan Ramadhan. “Misal ada pasien secara periodik melakukan kemoterapi maka ada kemungkinan menjalani terapi tersebut di bulan Ramadhan. Artinya kita jangan memaksakan kondisi tubuh kita dengan kemungkinan terapi yang akan dijalani,” ucapnya.
Ia menekankan agar pasien kanker tidak memaksakan kondisi tubuh dengan terapi yang akan dijalani. “Misalnya jadwal kemoterapi minggu ketiga Ramadhan. Mungkin pada minggu pertama masih bisa menjalani puasa. Tetapi ketika memasuki ketiga harus ada persiapan terlebih dahulu, hari H di kemoterapi, beberapa hari pascaperawatan kemoterapi. Kalau seandainya tubuh kita berpuasa di saat itu, jangan dipaksakan,” tegasnya.
Jika dipaksakan, sebut dr. Rahmat Taufik, ada dua kemungkinan yang terjadi. Yakni kemungkinan prtama terhadap kondisi fisik pasien kanker secara umum. Mungkin usai kemoterapi mengalami mual atau muntah. Dalam kondisi demikian, tidak mungkin menjalani puasa di saat itu.
“Kemungkinan kedua berhubungan dengan penyakit itu sendiri. Kita tahu kemoterapi ini adalah pengobatan yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker yang berada di tubuh kita. Ketika kita membunuh sel-sel kanker itu, selain karena dari kemoterapi yang masuk ke tubuh kita. Tentu daya tahan tubuh kita juga berperan dalam membunuh sel-sel kanker tadi,” ungkapnya.
Ia menekankan jangan nanti obat kemoterapi membunuh sel-sel kanker tadi tapi kondisi tubuh kita tidak kuat melawan itu. Ini dikarenakan memaksakan puasa. “Tujuan kita untuk membunuh sel kanker itu tidak tercapai,” sebutnya.
Tips keempat persiapan secara psikis atau mental. “Bagaimana menyikapi puasa kita jika dulu bisa berpuasa dalam kondisi sehat bagaimana menyiapkan psikis tanpa ada gangguan,” tutur dr. Rahmat Taufik.
Tips kelima, meyakini penyakit yang diberikan Allah SWT merupakan salah satu media untuk meningkatkan iman kepada Allah SWT. “Jadi di dalam bulan puasa ini kesempatan kita untuk memohon kepada Allah SWT, bagaimana penyakit ini hilang dari tubuh kita,” tukasnya. (*)