Pada tanggal 14 November, dunia memperingati Hari Diabetes Sedunia. Momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan diabetes, penyakit kronis yang mempengaruhi 1 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia. Penyakit ini bukan hanya masalah kesehatan pribadi tetapi juga tantangan kesehatan global yang semakin berkembang setiap tahunnya.
“Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekreasi insulin, kelainan kerja insulin, atau kedua-duanya,” kata dokter spesialis penyakit dalam RSUP Dr M Djamil dr Yanne Pradwi Efendi SpPD FINASIM saat Penyuluhan World Diabetes Day di Poliklinik Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Jumat (15/11).
Penyuluhan yang diadakan Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran ini bekerja sama dengan IDI, Persatuan Diabetes Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dan Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Papdi). Pasien dan keluarga pasien antusias mengikuti penyuluhan tersebut.
Ia menjelaskan diabetes melitus dapat dibagi menjadi beberapa tipe. Yakni diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe lain dan diabetes melitus pada kehamilan.
“Sinonim diabetes melitus yakni penyakit kencing manis atau gula. Ditandai kadar gula darah yang meningkat berlebihan,” tuturnya.
Diabetes melitus, sebut dr Yanne, merupakan penyakit yang sapat disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Dimana faktor genetik berupa fungsi sel beta pankreas menurun dan resistensi insulin. “Sementara faktor lingkungan dipengaruhi di antaranya oleh obesitas, malas berolahraga dan makan banyak,” sebutnya.
Ia menyebutkan faktor risiko diabetes melitus yakni riwayat keluarga diabetes melitus tipe 2, ras atau etnis tertentu, aktivitas fisik yang kurang, obesitas. Kemudian perempuan dengan riwayat melahirkan bayi dengan BBL kurang dari 4 kg. Perempuan dengan riwayat diabetes melitus gestasional, hipertensi dan dislipidemia.
“Keluhan klasik diabetes melitus berupa poliuri (banyak buang air kecil), polidipsi (banyak minum, sering merasa haus), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya,” tuturnya.
Ia mengatakan diabetes melitus tipe 2 menyebabkan komplikasi dengan menyebabkan kerusakan pada endotel vaskuler. Terdapat dua jenis komplikasi yang dapat mengancam penderita diabetes melitus yaitu komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.
“Komplikasi mikrovaskular diabetes melitus disebabkan oleh hiperglikemia kronik melalui proses glikosilasi dan stres oksidatif. Sedangkan komplikasi makrovaskular disebabkan oleh resistensi insulin,” ungkap dr Yanne.
Ia menyebutkan prinsip dasar terapi diabetes yakni diet diabetes, olahraga pada diabetes 150 menit per minggu, dibagi 4-5x seminggu, olahraga aerob dan terapi farmakologi.
“Oleh karena itu untuk pencegahan diabetes mellitus ini, kami mengimbau masyarakat agar memilih makanan yang sehat, diet gizi seimbang, aktivitas fisik yang rutin dan gerakan hidup masyarakat sehat (Germas),” imbaunya. (*)