Kasus Human metapneumovirus (HMPV) baru–baru ini merebak di China. Kondisi demikian menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia termasuk di Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Agar lebih waspada yuk kenali apa itu virus HMPV ini!
Ketua KSM Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Finny Fitry Yani, Sp.A (K) menjelaskan Human metapneumovirus (HMPV) merupakan virus yang sudah dikenal sejak lama. Akan tetapi sebelum-sebelum ini mungkin kejadiannya tidak tinggi dan tidak menyebabkan kejadian yang fatal.
“Virus ini satu keluarga dengan respiratory syncytial virus (RSV). RSV ini memang sering sebagai penyebab infeksi saluran napas bawah atau bronkiolitis pada bayi dan anak,” tutur Dr. dr. Finny.
Virus HMPV, sebutnya, juga bisa menyebabkan gejala yang berat. Tapi sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan data-data selanjutnya. “Jadi kita masih mengamati,” sebutnya.
Ia mengatakan penularan HMPV ini melalui droplet percikan air ludah yang ditularkan oleh si penderita yang mengandung virus tersebut. “Nah, jadi virus tersebut akan terhirup oleh seseorang apakah anak atau dewasa. Jika sistem imun sedang baik, maka virus mungkin bisa dimusnahkan oleh tubuh.
Jika daya tahan tubuhnya sudah menurun, dia akan berkembang biak di dalam tubuh. Nanti barulah sekitar 3 sampai 6 hari setelah itu dia akan menimbulkan gejala,” paparnya.
Bagaimana dengan gejalanya? Ia menyebutkan hampir sama dengan gejala batuk dan pilek biasa. “Jika ada batuk dan pilek disertai demam ringan atau demam tinggi, nyeri otot. Nah itu adalah gejala-gejala infeksi saluran napas. Dan gejalanya itu hampir mirip dengan gejala pada virus HMPV,” ucap Dr. dr. Finny.
Untuk mengetahui karena virus HMPV atau tidak, sebut Dr. dr. Finny, tentu saja harus dengan pemeriksaan pembuktian. “Misalnya sewaktu Covid-19, kita harus swab tenggorokan dan diperiksa PCR-nya,” ungkapnya.
Jika ditemukan gejala tersebut pada anak, Dr. dr. Finny menyarankan dilakukan pencegahan secara umum. “Kalau anaknya sudah besar, pakaikan masker. Kalau anak masih kecil dan tidak bisa pakai masker maka kita di sekelilingnya pakai masker,” ucapnya.
Selanjutnya, melakukan standar cuci tangan. Karena diketahui droplet itu bisa berada di mana saja. Baik di permukaan benda-benda atau di tangan itu sendiri. “Jadi, kalau kita sudah membiasakan cuci tangan yang baik dan benar sesuai aturan, ketika tangan sudah memegang sesuatu jika itu ada virus maka virus itu akan tereliminasi sehingga tidak menular pada kita atau tidak pindahkan ke orang lain,” tegasnya.
Ia menekankan protokol standar Covid-19 dulu diaktifkan kembali. “Kalau sudah mulai lupa pakai masker dan cuci tangan, maka kita mulai kembali terapkan protokol standar Covid-19 lalu,” sebutnya.
Ia menyebutkan sampai saat ini untuk obat virus HMPV belum ada. “Jadi obatnya hanya terkait dengan meredakan gejala dan lainnya,” tuturnya.
Ia mengimbau masyarakat tidak panik dengan virus HMPV ini. Meski virus ini mudah menular, dampaknya cenderung ringan pada orang dengan sistem imun yang baik. “Dengan pendekatan yang hati-hati dan informasi yang tepat, kekhawatiran tentang HMPV dapat dikelola. Kesehatan masyarakat tetap terjaga tanpa menciptakan keresahan yang berlebihan,” tukasnya.(*)