Berbicara menyusui berarti berbicara tentang fondasi dasar yang akan membentuk Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045. Tidak hanya melihat dari aspek kesehatan saja. Akan tetapi juga sebagai bentuk investasi jangka panjang yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa mendatang.
“Namun, kita harus mengakui tidak semua ibu memiliki akses yang sama terhadap dukungan dalam proses menyusui,” kata Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua saat Webinar Kesehatan Ibu dan Anak “Memperkecil Kesenjangan: Dukungan Semua untuk Ibu”, Sabtu (19/10).
Webinar ini terselenggara atas kerja sama RSUP Dr M Djamil, Departemen IKA dan Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, BP2ASI dan IDAI Sumbar. Dan diadakan dalam rangka HUT ke-71 RSUP Dr M Djamil.
Menghadirkan narasumber yakni Dr dr Roza Sriyanto SpOG Subsp KFM mengupas tentang Dukungan Nutrisi pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronis, dr Utami Roesli SpA MBA FABM IBCLC mengupas tentang Peran Kunci Tenaga Kesehatan dalam Keberhasilan Menyusui Ibu. Kemudian dr Asrawati SpA (K) mengupas tentang Menyusui untuk Generasi Emas 245. Webinar ini dimoderatori dr Nice Rachmawati Masnadi SpA (K).
Ia mengatakan masih banyak tantangan yang harus diatasi terhadap hal tersebut. Mulai dari kekurangan informasi, keterbatasan akses terhadap tenaga kesehatan yang kompeten, hingga masalah gizi yang dialami oleh ibu-ibu hamil. Oleh karena itu, di sinilah peran kita semua menjadi sangat penting. “Kita perlu memastikan setiap ibu hamil mendapatkan dukungan nutrisi yang cukup, agar mereka bisa melahirkan anak yang sehat dan tumbuh optimal,” tutur dokter spesialis Fetomaternal ini.
Ia menegaskan di sinilah, peran kunci tenaga kesehatan dalam keberhasilan menyusui. Tenaga kesehatan harus menjadi garda terdepan, memberikan pendampingan dan edukasi yang tepat, agar proses menyusui berjalan dengan baik. “Ini bukan hanya tanggung jawab profesi, tetapi juga tanggung jawab moral kita dalam memastikan kesehatan generasi mendatang,” ungkapnya.
Dovy berharap melalui webinar ini, mampu bersama-sama mengoptimalkan dukungan bagi para ibu dan anak di Indonesia. “Mari kita jadikan momentum ini sebagai langkah nyata untuk mencapai cita-cita kesehatan yang lebih baik bagi bangsa,” ucapnya.
Sementara Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumbar Dr dr Finny Fitri Yani SpA (K) mengatakan menyusui bayi oleh ibu kandung merupakan suatu fitrah manusia yang sejak dulu kala secara otomatis sudah dilakukan.
“Ternyata itu hal yang sangat penting. Karena di dalam susu ibu itu terkandung berbagai macam zat yang bermanfaat untuk bayi. Yakni protein, asam amino, sel imunitas, zat-zat mikronutrien yang berperan di dalam tumbuh kembang bayi. Bukan hanya untuk bayi kecil dari 1 tahun dan kecil dari 2 tahun tetapi menjadi basic untuk tumbuh kembangnya sampai dewasa dan tua,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan ASI juga mencegah terjadi penyakit degeneratif yang muncul pada usia tua. Ini sangat penting. “Tetapi dalam kenyataannya, ASI dieliminasi. Ada yang tidak memberikan, ada yang menggantikannya dengan susu formula, ada yang menggantikannya dengan MPASI yang lebih cepat. Hal-hal tersebut harus dihindari,” sebutnya.
Ia mengatakan ibu-ibu harus diberi pengetahuan yang layak dan cukup tentang ASI. Sehingga mereka memiliki motivasi yang kuat untuk menyusui bayi. “Tetapi motovasi ibu tidak saja cukup. Ternyata ibu juga butuh didukung lingkungannya. Baik dukungan suami, orangtua dan lingkungan sekitar. Dan proses menyusui itu bukan hanya menjadi hubungan ibu dan bayi. Tapi juga hubungan dengan lingkungannya,” tuturnya.
Karena itulah, sebut Finny, kita harus mempromosikan dukungan menyusui kepada ibu yang dilakukan oleh lingkungan. “Jadi bukan hanya memotivasi ibu tapi juga orang-orang di sekeliling ibu harus paham kenapa ibu harus menyusui dan kenapa bayi harus diberi ASI eksklusif. Hal inilah yang harus dipahami orang tua, suami dan lainnya. Bahwa ASI itu tidak bisa tergantikan,” tukasnya.(*)