RSUP Dr. M. Djamil kembali memperluas kerja sama dalam upaya mewujudkan visi membangun korporasi kesehatan demi tercapainya Ketahanan Kesehatan Nasional. Komitmen ini diwujudkan melalui penandatanganan perjanjian kerja sama antara RSUP Dr. M. Djamil, Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi (PDRPI) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan RS Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta.
Perjanjian kerja sama itu ditandatangani oleh Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua, Kepala PDRPI Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr. Andani Eka Putra, MSc dan Direktur Utama RSAB Harapan Kita Jakarta dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes di Ruang Rapat 507 RSAB Harapan Kita Jakarta, Kamis (16/1). Perjanjian kerja sama tersebut tentang pengembangan diagnostik viral pneumonia berbasis asam nukleat sebagai upaya percepatan produk dalam negeri.
Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua mengatakan kerja sama ini merupakan sebuah kekuatan peran dari rumah sakit dan perguruan tinggi. “Selama ini kerja sama dan kolaborasi yang terjalin antara RSUP Dr. M. Djamil dengan PDRPI Fakultas Kedokteran Unand ternyata direspons oleh rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan yang lain,” ucap Dovy.
Tentunya, sebut Dovy, ini menjadi semangat, modal dan kekuatan bagi kita membangun kolaborasi. Termasuk dalam hal riset-riset translasional yang menghasilkan produk untuk kebutuhan layanan. Salah satu produk tersebut adalah uji diagnostik. “Nah kita bersama RSAB Harapan Kita Jakarta mengembangkan viral pneumonia berbasis asam nukleat,” ungkapnya.
Ia menekankan dengan kolaborasi antara RSUP Dr. M. Djamil dan RSAB Harapan Kita Jakarta ini mendorong bahwa rumah sakit ternyata bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya. “Ini akan dimanfaatkan oleh rumah sakit itu sendiri atau rumah sakit-rumah sakit yang lain. Dan hal itu akan mendorong untuk kemandirian bangsa. Dimana selama ini kita tergantung dengan produk impor. Padahal kita mampu dan kita punya itu,” tegas dokter spesialis Fetomaternal ini.
Di samping, sebutnya, menekan harga. Kita harus menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang tidak tergantung pada produk impor. “Kita tidak kalah dan kita punya itu baik sarana prasarana dan sumber daya manusia. Dan ini harus kita buktikan,” tuturnya.
Dovy mengatakan Bapak Menteri Kesehatan RI juga mendorong hal tersebut. Supaya rumah sakit ini harus berbuat lebih banyak terkait dengan riset-riset yang menghasilkan produk. “Artinya semua produk yang dihasilkan adalah karya anak bangsa,” tegasnya.
Selain yang dikerja samakan, sebutnya, bisa mengembangkan diagnostik-diagnostik lainnya. Dan ini harus kita kolaborasikan bersama dalam mengembangkan hal yang penting saat ini. “Ketahanan kesehatan nasional dan kemandirian bangsa harus didukung. Ternyata anak-anak bangsa kita tidak kalah dengan negara-negara lain. Dan ini visi bapak Menteri Kesehatan RI saat ini. Hal tersebut harus kita dukung,” sebutnya.
Ia menyebutkan bapak Menteri Kesehatan RI mendukung kerja sama dan kolaborasi yang dilakukan ini. “Kerja sama ini tidak membutuhkan waktu lama. Jika satu atau dua bulan ini sampelnya cukup, maka produk dapat dihasilkan. Apalagi kita memiliki expert Dr. dr. Andani Eka Putra, MSc yang akan mengimplementasikan pengalaman beliau dalam biomolekuler,” tukasnya.(*)