Pembicara Kuliah Tamu, Dirut M Djamil Kupas Infeksi Torch dalam Kehamilan

Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua menjadi pembicara kuliah tamu Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr M Djamil, Rabu (13/11). Dalam kuliah tamu tersebut, ia menyampaikan materi tentang Torch Infection in Pregnancy; How Far We Are?.

“Materi ini membahas bagaimana kita bisa menatalaksana infeksi torch dalam masa kehamilan ini secara tepat. Sehingga komplikasi atau pencegahan bisa dilakukan di dalam menatalaksana pasien-pasien dengan infeksi torch dalam kehamilan ini,” kata Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua saat webinar yang diselenggarakan Divisi  Fetomaternal ini.

Turut hadir Ketua Divisi Fetomaternal Prof Dr dr Yusrawati SpOG KFM, Ketua Departemen Obgin FK Unand/RSUP Dr M Djamil Dr dr Bobby Indra Utama Subsp Urogin (K), Dr dr Roza Sri Yanti SpOG KFM dan peserta webinar.

Ia mengatakan infeksi torch dalam kehamilan ini mempunyai tantangan. “Bagaimana kita bisa kita menemukan terapi yang baik dan tatalaksana infeksi ini,” sebutnya.

Pertama, tutur Dovy, kita melihat bahwa deteksi dini atau diagnosis yang akurat sangat diperlukan pada infeksi torch dalam kehamilan ini. Karena sebagian besar gejala dari infeksi tersebut hampir atau tanpa gejala pada ibu hamil. “Dan ini kita sangat sulit untuk bisa mendiagnosa secara lebih dini. Makanya kita harus bisa melakukan untuk diagnosa awal sehingga tatalaksana juga kita bisa lakukan lebih baik lagi,” ucap dokter spesialis Fetomaternal ini.

Ia mengatakan pada saat ini pemeriksaan infeksi torch ini tentu diketahui termasuk mahal. Khususnya hambatannya itu terjadi pada daerah-daerah atau negara yang mempunyai resources kesehatannya yang terbatas karena pembiayaan.

“Makanya pada saat ini di negara-negara berkembang, kebijakan pemeriksaan skrining torch ini menjadi suatu hal rutin dilakukan. Termasuk di Indonesia,” ungkapnya.

Kemudian juga, tutur Dovy, tentu terapi pada infeksi dalam kehamilan ini dilakukan juga secara baik karena memang harus mengutamakan keamanan pada janin. “Artinya kita harus mempunyai kebijakan untuk pilihan terapi adalah aman pada janin,” sebut Dovy.

Ia menekankan infeksi torch dalam kehamilan ini berhubungan dengan bagaimana kita melihat bahwa secara kompleks tentu penatalaksanaan infeksi dalam kehamilan itu menyebabkan beberapa kelainan pada janin. Bahkan bisa menyebabkan kematian.

“Jika kita melihat infeksi torch ini bisa berasal dari bakteri protozoa infeksi maupun virus. Sehingga salah satu penyebarannya bisa melakui aliran darah pada janin melalui plasenta. Itu biasanya memang melalui vili koliaris yang ada di plasenta,” paparnya.

Untuk torch ini, sebutnya, singkatan atau akronimnya adalah tentu berbicara pada. Yakni t-nya toxoplasmosis, o-nya other infections, r-nya rubella, c-nya cytomegalovirus, dan h-nya herpes simplex virus.

“Tentu kita harus melihat bagaimana torch ini bisa kita diagnosis dan tatalaksana secara baik dan dini. Dan juga kita harus pahami  bagaimana kalau kita sudah mendiagnosa dan kita harus terapi sesuai dengan penyebabnya. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan missdiagnosis dan hal-hal yang belum tentu penyebabnya, kita harus memastikan untuk terapi jika memang ada infeksi torch dalam kehamilan,” ucapnya.

Dovy menegaskan tes molekuler adalah salah satu cara paling efektif untuk mendiagnosis keberadaan torch pada ibu hamil. Secara khusus uji realtime polymerase chain reactin (RT-PCR) adalah uji molekuler yang dapat digunakan untuk mendeteksi DNA/RNA virus dalam uji sampel.

“PT Crown Teknologi Indonesia memperkenalkan CRown_Lab® TORCH untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma gondii, cytomegalovirus, rubella virus dan herpes simplex virus pada sampel klinis melalui Real-time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR),” ungkapnya.

CRown_Lab® TORCH, sebutnya, dirancang untuk mendeteksi infeksi yang mempengaruhi janin selama kehamilan. Kit ini mendeteksi secara kualitatif in vitro dengan Real-time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

“CRown_Lab® TORCH berisi reagen dan enzim untuk amplifikasi spesifik untuk deteksi toxoplasma gondii, cytomegalovirus, rubella virus, herpes simplex virus, dan fluoresens yang dipancarkan dan diukur oleh sistem unit optik selama proses RT-PCR berlangsung” tukasnya.(*)

Berita

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

WeCreativez WhatsApp Support
Jam Layanan Informasi : Senin s/d Kamis jam 07.45 wib s/d 16.15 Istirahat jam 12.00 wib s/d 13.00 wib Jumat 07.45 wib s/d 16.45