Puluhan dokter spesialis bedah mengikuti Workshop Upper and Lower Endoscopy di Auditorium Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Rabu (25/9). Workshop yang merupakan rangkaian dari P2B2 PABI XXI ini dibuka oleh Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQUA.
“Workshop ini merupakan kegiatan yang penting untuk meningkatkan kompetensi dokter spesialis bedah terutama dalam memberikan layanan yang lebih presisi dan lebih baik. Baik bersifat diagnostik maupun terapi,” kata Direktur Utama RSUP Dr M Djamil saat memberikan sambutan.
Ia mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, khususnya endoskopi, berkembang sangat pesat. Oleh karena itu, penting bagi para dokter spesialis bedah untuk terus mengasah kemampuan dan keahliannya agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.
“Jadi dengan teknik ini akan lebih memaksimalkan dan mengoptimalkan tata laksana pasien yang berhubungan dengan keluhan saluran pencernaan,” harapnya.
Ia berharap dengan workshop ini dapat membantu teman-teman sejawat dapat meningkatkan level kompetensi dalam tindakan endoskopi. Sehingga teman-teman sejawat yang sudah dibekali ilmu dalam workshop ini untuk bisa lebih prepare atau menyiapkan apakah nanti pasiennya perlu dirujuk atau penatalaksana lebih baik lagi ke RSUP Dr M Djamil.
“Karena RSUP Dr M Djamil sebagai rumah sakit tersier atau rujukan terakhir saat ini mempunyai dokter-dokter spesialis subspesialis yang kompeten yang dapat menatalaksana pasien-pasien khususnya dengan keluhan di saluran pencernaan. Ini sebagai upaya dapat meningkatkan akses masyarakat dan kepuasan pasien di dalam mendapatkan pengobatan yang baik di bagian atau khusus spesialisasi saluran pencernaan ini. Sekaligus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” harap Dovy.
Ketua KSM Bedah RSUP Dr M Djamil Dr dr M Iqbal Rivai SpB Subsp BDK mengatakan workshop ini sebagai tool ahli bedah dalam hal menegakkan diagnosis. Seperti dalam penyakit-penyakit saluran pencernaan bagian atas terdeteksi dengan endoscopy bagian atas atau disebut juga dengan esofagogastroduodenescopy. “Dengan teknik ini kita bisa memeriksa tumor atau hanya sekadar infeksi atau disebut masyarakat sebagai penyakit maag,” ucapnya.
Ia berharap setelah workshop ini, para peserta dapat melanjutkan dengan magang. Salah satu pusat magang di Indonesia adalah RSUP Dr M Djamil. “Kebetulan rumah sakit ini memiliki pusat diklat yang diakui Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan kolegium dan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia. Magang itu berlangsung satau atau dua bulan atau tergantung kasus,” ucapnya.
Ia berharap juga dokter-dokter spesialis bedah ini bekerja di rumah sakit daerah dapat mengisi dan memanfaatkan alat-alat endoskopi yang diberikan oleh pemerintah. “Pasalnya alat-alat yang diberikan itu belum termanfaatkan maksimal,” harapnya.
Sementara Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia Cabang Sumbar Dr dr Erwan Bardam SpB MARS FICS FINACS mengatakan sebenarnya ada 12 workshop yang diadakan pada rangkaian P2B2 PABI XXI. Dua workshop diantaranya dilaksanakan di RSUP Dr M Djamil. Yakni workshop laparoskopi dan workshop endoskopi.
“Tujuan workshop ini untuk meningkatkan kompetensi dokter spesialis bedah dalam menegakkan diagnostik dan terapi terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan laparoskopi dan endoskopi khususnya untuk bedah digestif,” sebutnya.
Workshop laparoskopi dan endoskopi ini, sebutnya, berkat kerja sama dengan RSUP Dr M Djamil dan KSM Bedah. “Tujuannya diadakan di RSUP Dr M Djamil agar masyarakat mengetahui rumah sakit ini layanannya apa, peralatannya apa dan apa yang bisa dilakukan di sini,” ucap dr Erwan Bardam.
Ia mengatakan Sumbar dengan memiliki 70 rumah sakit dengan rumah sakit pusat rujukannya RSUP Dr M Djamil, kasus-kasus yang sulit yang tidak dapat menegakkan diagnosa dengan pemeriksaan bisa dapat merujuknya.
“Karena RSUP Dr M Djamil sudah memiliki dokter spesialis bedah digestif yang mahir menggunakan teknologi seperti laparoskopi dan endoskopi. Jadi kita membuka mata masyarakat dan dokter spesialis bedah yang pendidikan bukan di Sumbar dan praktiknya di Sumbar ini. Jika ada kasus yang tak bisa ditangani di daerah dapat langsung merujuk ke RSUP Dr M Djamil,” tukasnya.(*)