Oksigen dan bernapas adalah sesuatu yang berharga dan perlu disyukuri. Pernapasan diatur oleh organ tubuh yang bernama paru-paru. Karena itu, penting menjaga kesehatan paru-paru.
Asma, PPOK, pneumonia, tuberkulosis, dan kanker paru merupakan penyakit paru yang dapat mempengaruhi seseorang dari segala usia dan latar belakang. Untuk kanker paru sendiri merupakan kanker yang sering menjakit pria di Indonesia.
Faktor risiko terbanyak adalah merokok termasuk perokok pasif, orang yang sering menghirup asap rokok padahal tidak merokok. Selain asap rokok, faktor risiko lainnya adala paparan radon dan paparan asbes, paparan bahan karsinogenik lainnya, arsenic dalam minuman, kualitas udara, riwayat radiasi paru dan riwayat keluarga.
“Skrining dan deteksi dini kanker paru dapat menurunkan risiko kematian hingga 15-20 persen,” kata dokter spesialis paru RSUP Dr M Djamil dr Fenty Anggrainy SpP (K) saat Penyuluhan Penyakit Paru di Klinik Paru Non Infeksi Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan, Selasa (24/9).
Sosialisasi yang dihadiri pasien dan keluarga pasien rawat itu dalam rangka memperingati World Lung Day atau Hari Paru Sedunia yang jatuh pada besok (25/9).
Ia pun menjelaskan perbedaan skrining dengan deteksi dini. Skrining ini merupakan pemeriksaan pada orang sehat atau tanpa gejala nakun memiliki faktor risiko untuk mengidentifikasi penyakit yang dideritanya.
“Manfaatnya skrining memungkinkan pemeriksaan awal non invansive untuk penegakan diagnosis kanker paru,” ucap dr Fenty.
Skrining dapat dilakukan, sebutnya, usia 50-80 tahun, tanpa gejala dan saat ini merokok atau bekas perokok dalam 15 tahun terakhir dengan riwayat merokok satu bubgkus per hari selama 20 tahun. “Jika memiliki tiga kriteria ini silakan periksakan diri ke dokter,” sarannya.
Sedangkan deteksi dini, tutur dr Fenty, menemukan kanker yang dapat disembuhkan, belum lama tumbuh, masih kecil, lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti.
“Kapan harus dideteksi dini? Memiliki 1 atau lebih gejala dan memiliki faktor risiko kanker,” ucapnya seraya mengatakan deteksi dini ini dilakukan dengan pemeriksaan oleh dokter.
dr Fenty menyebutkan gejala kanker paru tersebut adalah batuk persistent, sesak napas, suara serak. “Kemudian nyeri dada, penurunan berat badan dan nyeri tulang,” paparnya.
Ia menyebutkan cara pencegahan kanker paru yakni tidak merokok dan menjauhi paparan asap rokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. “Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, rutin berolahraga dan menghindari paparan karsinogenik,” ajaknya.
dr Fenty berharap dengan penyuluhan ini, pasien dapat memiliki pengetahuan dalam pencegahan atau pun penatalaksana terhadap permasalahan paru. “Baik untuk diri sendiri maupun keluarga nantinya,” harapnya.