Dr Moh Djamil Arts DPH Dt Rangkajo Toeo lahir di Kayu Tanam, 29 November 1898. Beliau wafat pada 20 Juni 1962 dalam usia 64 tahun di RSCM Jakarta.
Ibunya bernama Aminah dan ayahnya seorang petani dikenal dengan gelar Angku Kali, karena bertugas sebagai qadhi nikah. M Djamil menghabiskan masa kecilnya di Kayu Tanam Padangpariaman. Antara lain dengan belajar mengaji pada mamaknya Tuanku Hitam.
Pendidikan beliau yakni ELS 1914 6 tahun dari 7 tahun yang dianggarkan, STOVIA Indische Arts, 1924, 9 tahun dari 10 tahun seharusnya. Universitas Utrecht, Belanda pada tahun 1932 yakni Doktor Medicinae Interne Zeiken atau Doktor Penyakit Dalam. The John Hopkins University Maryland, USA pada tahun 1934, Doktor Public Health atau Doktor Kesehatan Masyarakat.
Riwayat pekerjaannya di antaranya dokter pemerintahan di Agam Tua, Riset TBC dan Malaria di Kotogadang Sianok (1925-1927). Dokter Pemerintah di Natal, Mandailing (1927-1929). Dokter Pemerintah dan Pemimpin Rumah Sakit di Cirebon, Kediri, Madiun, Sampang, Bengkalis dan Bengkulu (1932-1942).
Dipaksa Jepang memimpin rumah sakit umum di Padang (1942-1945), Kepala Jawatan Kesehatan Sumatera Tengah (Oktober-November 1945). Ketua KNI Daerah Sumbar (November 1945-Maret 1946), Residen Sumbar (Maret-Juli 1946). Gubernur Muda Sumatera Tengah (Juli 1946-April 1947), Ketua Panitia Sekolah Tinggi Sumatera, Panitia Sekolah Tinggi Pancasila, Panitia Sekolah Tinggi Sumatera Tengah (1947- 1950an) dan Mendirikan Rumah Sakit Sitawa Sidingin di Bukittinggi (1953).
Sementara riwayat pemerintahan yakni Dr M Djamil aktif dalam pertemuan para tokoh dan pemuda di Padang pada masa peralihan itu Bersama tokoh pendidikan Mohammmad Sjafei, Mr Sutan Mohammad Rasjid dan Arif Datuak Madjo Urang, Dr M Djamil mendapat tugas membentuk Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID).
Ketika menjadi ketua KNID, Dr M Djamil menjadi lebih sering berpidato di tengah masyarakat. Pidatonya dalam rapat akbar pada Oktober 1945 sangat terkenal. “Musuh-musuh kita lipat! Pengkhianat-pengkhianat kita sikat!”
Pada akhir Juni 1946, KNID meminta Dr M Djamil sebagai Gubernur muda Sumatra Tengah pada 2 Juli 1946. Berpusat di Bukittinggi, Dr M Djamil mengkoordinasikan Keresidenan Sumbar, Riau dan Jambi.
Keinginan Dr M Djamil untuk kembali fokus pada kesehatan, sempat ia sampaikan pada Bung Hatta. Akhirnya, ia mengundurkan diri secara resmi karena alasan itu melalui surat pada Presiden Soekarno.
Sejak saat itu, Dr M Djamil kembali pada dunia kesehatan dan pendidikan. Ia sempat mendapat tugas jadi ketua panitia persiapan sekolah tinggi provinsi Sumatera. Kembali buka praktik dokter di Bukittinggi dan kemudian mendirikan Rumah Sakit Sitawa Sidingin di sana.
Dr M Djamil wafat pada 20 Juni 1962 dalam usia 64 tahun di RSCM Jakarta. Ia meninggalkan 10 anak dari dua istri, yakni Siti Aksar dan Siti Maryam. Namanya harum dan terus dikenang sebagai salah satu dokter pejuang dari Ranah Minang.
Untuk mengabadikan jasa beliau, pada tahun 1978, RS Jati Padang berganti nama menjadi RSUP Dr M Djamil berdasar SK Menkes RI No 134 Tahun 1978.(*)
Saya usul ditampilkan juga foto2 beliau semasa bertugas.